Ragam  

‎Dede Gunawan: Dari Celengan Receh hingga Wisuda Sarjana Teknik Mesin‎‎

Majalengka, TINTAHIJAU.COM – Di balik senyum lega seorang mahasiswa yang baru saja menjalani sidang skripsi, tersimpan kisah sederhana namun penuh makna.

Dialah Dede Gunawan Sari, mahasiswa Universitas Majalengka jurusan Teknik Mesin, yang berhasil menyelesaikan pendidikan strata satu dengan cara unik: menabung receh di celengan botol bekas.‎‎

Dede mulai menabung sejak duduk di bangku kelas 3 SMP. Bukan dengan jumlah besar, melainkan recehan yang disisihkan dari uang jajan atau hasil membantu orang tuanya bertani.

“Awalnya nggak ada niatan buat masa depan atau pendidikan, cuma biasa nabung aja. Kalau ada uang sisa, receh masukin celengan,” katanya, ditemui usai sidang skripsi, Kamis (25/9).‎‎

Celengan yang ia gunakan pun bukan kaleng mewah, melainkan botol bekas minuman. “Ada sekitar 10–12 celengan yang sekarang dibuka, isinya kebanyakan pecahan Rp500,” ujarnya sambil tersenyum.‎‎

Meski sederhana, kebiasaan itu ternyata menjadi penopang penting. Tabungan receh yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun menjadi cadangan untuk kebutuhan mendesak, bahkan membantu menutup biaya wisuda. “Kurang seratus ribu lagi buat wisuda. Jadi sangat terasa manfaatnya,” tambahnya.

‎‎Dede, anak sulung dari dua bersaudara, berasal dari keluarga petani. Ia menyadari betul keterbatasan ekonomi yang dimiliki keluarganya.

Karena itu, meski sudah lulus, pikirannya mulai tertuju pada tantangan berikutnya: biaya kuliah lanjutan atau investasi pendidikan. “Ada kepikiran buat kuliah lagi, tapi ya keadaannya seperti ini. Jadi sejalannya saja,” ucapnya lirih.‎‎

Namun, satu hal yang tak pernah pudar adalah semangat menabung. Bagi Dede, menabung receh bukan sekadar kebiasaan, melainkan simbol ketekunan dan harapan. “Pasti saya nabung lagi. Mungkin buat keperluan mendesak atau apapun nanti,” katanya.

‎‎Wisuda yang dijadwalkan Oktober atau November nanti akan menjadi momen bersejarah, bukan hanya bagi Dede, tetapi juga keluarganya.

‎‎Ia mungkin menjadi anggota pertama di keluarganya yang berhasil menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Sebuah pencapaian yang lahir dari kesederhanaan, celengan receh, dan doa orang tua petani.