JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Amerika Serikat akan segera menjadi saksi dari langkah revolusioner dalam dunia medis, setelah Food and Drug Administration (FDA) menyetujui uji klinis pertama penggunaan hati babi yang telah disunting secara genetik untuk membantu pasien dengan gagal hati akut. Inovasi ini bertujuan untuk memberi waktu istirahat dan kesempatan pemulihan bagi hati manusia yang sedang mengalami kerusakan parah.
Penelitian ini digagas oleh perusahaan bioteknologi eGenesis yang berbasis di Massachusetts, bekerja sama dengan perusahaan medis asal Inggris, OrganOx. Dalam pengumuman resminya pada Selasa (15/4/2025), eGenesis menyampaikan bahwa hati babi tidak akan ditransplantasikan ke dalam tubuh manusia, melainkan akan digunakan secara eksternal untuk menyaring darah pasien.
Setiap tahunnya, sekitar 35.000 pasien di AS dirawat karena kondisi gagal hati mendadak. Banyak dari mereka tidak memenuhi syarat untuk menerima transplantasi hati atau tidak dapat memperoleh organ donor yang cocok dalam waktu singkat. Penelitian ini menawarkan alternatif potensial yang dapat menjembatani masa kritis tersebut.
Hati adalah satu-satunya organ dalam tubuh manusia yang memiliki kemampuan regenerasi. Oleh karena itu, para peneliti berharap dengan memberikan waktu istirahat melalui bantuan hati babi, hati pasien memiliki peluang untuk pulih secara alami. Dalam uji coba sebelumnya terhadap empat jenazah, sistem eksternal ini menunjukkan bahwa hati babi mampu menjalankan sejumlah fungsi hati manusia selama dua hingga tiga hari.
CEO eGenesis, Mike Curtis, menjelaskan bahwa babi yang digunakan telah dimodifikasi secara genetik agar organ mereka lebih mirip dengan manusia, mengurangi risiko penolakan dan meningkatkan kompatibilitas. Uji klinis ini akan melibatkan hingga 20 pasien yang berada di unit perawatan intensif dan tidak memenuhi syarat untuk transplantasi.
Perangkat yang akan digunakan dalam uji coba ini merupakan teknologi dari OrganOx, yang sebelumnya digunakan untuk menjaga hati manusia donor tetap hidup sebelum transplantasi. Kini, alat tersebut akan dimanfaatkan untuk mengalirkan darah pasien melalui hati babi sebagai metode pendukung sementara.
Uji klinis ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan terapi lintas spesies (xenotransplantasi) dan membuka jalan bagi terobosan baru dalam penanganan penyakit organ vital yang selama ini sangat bergantung pada ketersediaan donor manusia. Jika berhasil, pendekatan ini tidak hanya dapat menyelamatkan nyawa, tetapi juga memberikan harapan baru bagi pasien gagal hati di seluruh dunia.
Sumber: detikcom