SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Harga beras dalam beberapa hari terakhir ini mengalami kenaikan cukup signifikan. Warga mengaku dalam satu liter dihargai Rp15 ribu.
Salah seorang pedagang nasi, Darsim mengatakan dalam beberapa waktu terakhir ini harga beras antara Rp14 ribu hingga Rp15 ribu perliternya. Namun demikian, Darsim tetap harus membeli untuk kebutuhan pelanggan di usahanya itu.
“Sekarang antara Rp14 ribu sampai Rp15 ribu. Mau gak mau ya harus dibeli, kalau gak beli ya gak bisa dagang,” kata Darsim
Hal senada juga diungkapkan Gantina (30). Warga Subang Kota ini mengaku dirinya membeli beras hari ini Kamis (15/2/2024) di pasar tradisional dengan harga Rp15 ribu per liter. Belum lagi dirinya harus dihadapkan dengan kelangkaan beras.
“Tadi pagi beli beras Rp15 ribu per liter. Biasanya beli karungan di penggilingan dan sekarang kosong. Kalau beli karungan di pasar itu males suka banyak kutu dan berasnya jelek,” kata Gantina
Kondisi ini bertolak belakang dengan predikat Kabupaten Subang sebagai daerah Lombung Padi Ketiga Nasional. Bupati Subang H Ruhimat pada Senin (28/2/2023) Raih Penghargaan dari Kementan sebagai daerah Produksi Beras Tertinggi Ketiga Secara Nasional
Penghargaan untuk produksi beras tertinggi tingkat Kabupaten secara nasional peringkat pertama, diraih oleh Kabupaten Indramayu dengan produksi padi 1.376.429 Ton GKG, sedangkan produksi beras 789.657 Ton. Peringkat ke-2 Kabupaten Karawang dengan produksi padi 1.117.814, Ton GKG dan Produksi beras 641.290 Ton. Peringkat ke-3 Kabupaten Subang dengan produksi padi 942
Soal kelangkaan dan kenaikan harga beras belakangan ini, Pengamat ekonomi Gugyh Susandi mengungkap data berdasarkan neraca pangan strategis.
Menurutnya, Subang, masih memiliki cadangan pangan sebesar 1,3 Juta ton. Seharusnya, tegas dia, Subang masih memiliki ketersediaan beras yang cukup memadai.
“Beras itu ada 1,3 juta ton di Subang tapi ada dimana. Kan di bulog gak sebanyak itu. Di peraturan perundang – undangan kan dia bukan pemonopoli. Jadi banyak gudang – gudang di swasta juga, larinya kemana. Kalo larinya ke industri, yang di pasar sedikit, naik,” ungkap Gugyh dikutip dari cluetodays.com
Faktor lain, imbuh Gugyh adalah supply (penawaran) dan demand (kebutuhan konsumen). Keakuratan dan ketepatan metodologi yang digunakan tetap menjadi point penting.
“Jika unsur demand lebih rendah dari supply, artinya aksi dari penjual yang mengambil untung,” kata Dosen di STIESA Subang itu