Ragam  

Hilmi Subang: Investasi Jalan dan Jembatan Dongkrak PDB dan Daya Beli Rakyat

SUBANG, TINTAHIJAU.COM — Managing Director Chapter Subang Perhimpunan Intelektual Muslim Indonesia (HILMI), Gugyh Susandy, menegaskan bahwa belanja pemerintah di sektor infrastruktur jalan dan jembatan terbukti menjadi mesin ganda pendorong perekonomian nasional. Selain menggerakkan investasi, program ini juga berdampak langsung pada peningkatan konsumsi rumah tangga.

 

Menurut Gugyh, analisis berbagai lembaga ekonomi dunia seperti IMF dan CBO menunjukkan bahwa investasi infrastruktur memiliki potensi besar dalam meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB).

“Multiplier effect-nya cukup besar, bisa mencapai dua kali lipat dari nilai investasi, terutama di masa resesi atau ketika suku bunga rendah,” jelas Gugyh dalam keterangannya, Rabu (13/11/2025).

Ia menjelaskan, dalam kondisi ekonomi normal, Multiplier Total (GDP) dari investasi infrastruktur berkisar antara 0,7 hingga 1,2. Namun, ketika perekonomian melambat, nilainya bisa melonjak hingga 1,5 sampai 2,0, artinya setiap rupiah yang dibelanjakan pemerintah dapat menghasilkan tambahan output ekonomi hingga dua kali lipat.

 

Dampak Langsung ke Masyarakat

Gugyh menuturkan, belanja infrastruktur jalan dan jembatan bukan hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga meningkatkan pendapatan disposabel masyarakat.

 

“Ketika akses transportasi membaik, biaya logistik menurun, daya beli masyarakat otomatis naik. Ini yang membuat multiplier konsumsi bisa mencapai 1,0,” ujarnya.

Selain itu, efek spill-over regional juga terasa di daerah-daerah yang sebelumnya kurang terhubung. Dengan multiplier 0,5 hingga 0,7, proyek ini mampu menggerakkan ekonomi lokal secara signifikan, terutama saat tingkat pengangguran tinggi.

Dorong Industri dan Investasi

Dari sisi industri, Gugyh menilai proyek jalan dan jembatan punya peran vital dalam menurunkan biaya produksi dan mempercepat distribusi barang.

“Industri manufaktur dan logistik adalah sektor yang paling diuntungkan. Multiplier-nya bisa mencapai 1,3. Ini mendorong efisiensi dan mempercepat perputaran ekonomi,” katanya.

Investasi di sektor konstruksi dan real estate juga terdorong dengan multiplier 1,0–1,5, sementara investasi produktivitas seperti pembangunan pabrik dan gudang meningkat karena biaya transportasi yang makin efisien. Infrastruktur yang memadai, lanjutnya, juga memperkuat daya tarik investasi asing (FDI).

 

Kunci Efektivitas: Proyek Cepat dan Tepat Sasaran

Meski begitu, Gugyh menegaskan bahwa efektivitas belanja infrastruktur bergantung pada beberapa faktor, seperti suku bunga rendah, tingkat pengangguran tinggi, serta kualitas dan kecepatan proyek.

“Proyek yang cepat, berkualitas, dan menyasar daerah yang benar-benar membutuhkan akan menghasilkan multiplier ekonomi yang maksimal,” pungkasnya.

Dengan strategi fiskal yang tepat, Gugyh yakin pembangunan infrastruktur dapat menjadi motor penggerak utama ekonomi nasional, bukan hanya di level makro, tapi juga terasa langsung di kantong rakyat.