Ragam  

Ironi SDN Kertasari Majalengka, Sepi Murid dengan Guru Tunggal

SDN Kertasari 3 di Majalengka. (Foto: Erick Disy Darmawan)

MAJALENGKA, TINTAHIJAU.com – Jauh dari keramaian permukiman, SDN Kertasari 3 di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, berdiri sunyi di tengah hamparan sawah. Sekolah ini merupakan hasil relokasi dari SDN Kertasari 1 yang terdampak pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati pada tahun 2023.

Berada di Dusun Parugpug, Desa Kertasari, lokasi sekolah ini terpencil, hanya dikelilingi enam rumah dalam radius 200 meter. Dusun terdekat, Asamnunggal, berjarak sekitar satu kilometer. Warga setempat, Karsa, menyebut pemerintah sebenarnya juga berencana membangun fasilitas lain seperti kantor desa dan masjid di lokasi yang sama, namun hingga kini belum terealisasi.

“Katanya kantor desa dan masjid juga akan dibangun di sini, tapi sampai sekarang belum ada,” ujar Karsa, Jumat (11/7/2025).

Meski gedung sekolah terbilang layak, SDN Kertasari 3 kekurangan murid. Hingga tahun ajaran 2025/2026, belum ada siswa baru yang mendaftar. Kepala sekolah, Sofia Widawaty, yang juga satu-satunya guru di sekolah tersebut, harus mengajar seluruh kelas yang digabung menjadi dua kelompok rombongan belajar.

“Semua kelas saya ajar sendiri. Kelas 1, 2, dan 3 disatukan, begitu pula kelas 4, 5, dan 6. Materi tetap dibedakan tapi diajarkan secara bergantian,” jelas Sofia.

Saat ini total murid yang tercatat hanya 18 orang, tersebar dari kelas 2 hingga 6. Kendala jarak dan minimnya interaksi sosial membuat banyak orang tua lebih memilih menyekolahkan anak ke sekolah lain yang lebih ramai.

Rustini, warga setempat, memilih menyekolahkan anaknya ke SDN Mekarjaya 1 meski jaraknya lebih jauh. “Anak saya sudah punya teman dari TK di sana. Kalau pindah ke sini, dia nggak punya teman. Jadinya nggak mau,” ungkapnya.

Sofia mengaku siap jika SDN Kertasari 3 digabung dengan sekolah lain, sesuai wacana yang pernah muncul. Namun ia berharap, selama masih ada murid, sekolah tetap diberi kesempatan untuk berjalan.

“Harapan saya yang terbaik saja. Gedung sekolah ini sudah bagus, sayang kalau dibiarkan kosong. Kami butuh murid, dan solusi dari Dinas Pendidikan,” tuturnya.

Kisah SDN Kertasari 3 menjadi potret pilu pembangunan yang kurang mempertimbangkan aspek sosial dan aksesibilitas, khususnya dalam dunia pendidikan.

Sumber: detikJabar