MAJALENGKA, TINTAHIJAU.com – Calon Bupati Majalengka, Karna Sobahi yang juga merupakan Ketua Dewan Pertimbangan DPD PUI Majalengka, meminta perguruan tinggi STAi PUI Majalengka lebih kompetitif, agar jumlah mahasiswa di kampus yang berlokasi di jalan Suma Majalengka ini memiliki jumlah mahasiswa yang signifikan
Menurut Karna Sobahi, STAI PUI merupakan kampus tertua di Majalengka yang telah berkiprah hampir 35 tahun harusnya memiliki jumlah mahasiswa yang banyak.
Demikian dikatakan Karna Sobahi usai menghadiri Wisuda Sarjana STAI PUI Majalengka angkatan XXXI yang berlangsung di Hotel Fitra Majalengka, sebelum melakukan kampanye terbatas di wilayah Kecamatan Maja, Kamis (17/10/2024).
Ia memaparkan, ditengah kondisi seperti sekarang hendaknya kampus menjemput mahasiswa, karena saat ini kata Karna perguruan tinggi butuh mahasiswa bukan masyarakat butuh perguruan tinggi.
“Dalam kompetitif seperti ini bukan masyarakat yang butuh perguruan tinggi, tapi perguruan tinggi butuh mahasiswa betul kan? Mereka harus berkompetisi merebut suasana hati masyarakat agar menyekolahkan ke perguruan tinggi itu (STAI PUI),” tegas Karna Sobahi.
Untuk memancing daya tarik mahasiswa tersebut, Karna menyebut fasilitas kampus adalah salah satunya sehingga menarik hati masyarakat untuk memasukan anaknya melanjutkan kuliah disana.
“Apa artinya, setiap perguruan tinggi itu punya fasilitas lengkap, yang bisa jadi daya tarik mahasiswa, perguruan tinggi yang kurang mahasiswanya adalah perguruan yang kurang kompetitif, makanya saya minta, STAI PUI sudah 35 tahun muridnya segitu gitu aja, manajemennya (harus diperhatikan) diperhatikan,” tuturnya.
Disamping itu, Karna yang saat ini menjadi Calbup Majalengka berharap para mahasiswa yang telah menyandang sarjana tahun ini tidak hanya untuk jadi guru formal seperti menjadi guru TK, guru MD, guru MTs, karena masyarakat kata dia butuh lebih dari itu
“Saya bertanya apa STAI PUI itu hanya menciptakan guru formal, tapi gurunya rakyat gurunya masyarakat, kalau hanya jadi guru di kelas kan terbatas, Ketika saya berkunjung ke desa desa ternyata rakyat ini butuh nara sumber dari perguruan tinggi,” jelasnya
“Makanya saya tanyakan pada STAI apakah hanya menciptakan guru formal di depan guru TK, guru MD guru MTs, ternyata rakyat pun butuh lebih jauh dari itu yah, bisa jadi imam mesjid mushola, majlis ta’lim itu kan Makanya ada pergeseran kurikulum berangkat dari kearifan lokal, STAI PuI dari ormas PUI, berharap seperti itu.” Pungkasnya.






