Ragam

Kasus HIV/AIDS di Subang Tinggi, Anggota DPRD Jabar: Penanggulangan HIV Tak Bisa Setengah Hati

×

Kasus HIV/AIDS di Subang Tinggi, Anggota DPRD Jabar: Penanggulangan HIV Tak Bisa Setengah Hati

Sebarkan artikel ini

SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, dr. Encep Sugiana, menegaskan bahwa penanggulangan HIV/AIDS harus dilakukan secara serius, berkelanjutan, dan melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Ia menilai, kasus HIV/AIDS masih menjadi persoalan krusial karena bersifat fenomena gunung es, di mana kasus yang terdeteksi hanya sebagian kecil dari jumlah sebenarnya di lapangan.

Pernyataan tersebut disampaikan dr. Encep dalam momentum Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap bulan Desember. Menurutnya, ketika satu kasus HIV ditemukan di suatu wilayah, besar kemungkinan masih terdapat banyak kasus lain yang belum teridentifikasi.

“Ketika ditemukan satu kasus HIV di suatu daerah, itu artinya di bawahnya masih ada banyak kasus lain. Oleh karena itu, penemuan kasus menjadi sangat penting dan harus segera direspons oleh pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan,” ujar dr. Encep.

Pernyataan tersebut sejalan dengan kondisi di Kabupaten Subang. Laju penyebaran HIV/AIDS di Subang masih menjadi persoalan serius. Dalam kurun waktu Januari hingga Agustus 2025, tercatat 263 kasus baru HIV/AIDS ditemukan di wilayah tersebut.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, sejak tahun 1999 hingga Desember 2024, sebanyak 3.269 warga Subang telah terdeteksi mengidap HIV dan AIDS. Angka ini menunjukkan bahwa persoalan HIV/AIDS di Subang belum terkendali dan membutuhkan langkah pencegahan yang lebih masif dan terintegrasi.

Data tersebut disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Subang, Asep Nuroni, saat Peringatan Hari AIDS Sedunia Tingkat Kabupaten Subang Tahun 2025 yang digelar di Alun-alun Subang, Minggu (14/12/2025).

“Data ini menjadi pengingat bahwa upaya pencegahan, edukasi, serta akses layanan HIV tidak boleh berhenti. Harus dilakukan secara berkelanjutan, terintegrasi, dan adaptif terhadap tantangan yang ada,” tegas Asep.

dr. Encep menjelaskan bahwa penanggulangan HIV/AIDS harus dilakukan melalui strategi STOP, yakni Suluh, Temukan, Obati, dan Pelihara.

Tahap Suluh dilakukan melalui edukasi kepada masyarakat agar memahami HIV/AIDS, mulai dari cara penularan, pencegahan, hingga pentingnya deteksi dini. Edukasi dinilai krusial untuk memutus stigma sekaligus menekan risiko penularan.

Tahap berikutnya adalah Temukan (Tracing), yaitu upaya penelusuran dan pemeriksaan terhadap kelompok masyarakat yang rentan agar kasus-kasus HIV yang belum terdeteksi dapat segera ditemukan.

“Setelah ditemukan, maka harus segera dilakukan langkah Obati, agar kondisi penderita tidak semakin parah,” jelas Politisi PKS tersebut

Ia menambahkan, dengan pengobatan yang teratur, penderita HIV dapat mencapai kondisi viral load rendah, di mana jumlah virus dalam tubuh menurun sehingga risiko penularan kepada orang lain dapat ditekan. Namun, pengobatan ini harus dijalani seumur hidup dan tidak boleh terputus.

Tahap terakhir adalah Pelihara, yakni memastikan penderita tetap patuh pengobatan dan tidak mengalami putus obat. Menurutnya, putus obat sangat berbahaya karena dapat memperburuk kondisi penderita dan meningkatkan risiko penularan.

Anggota DPRD dari Dapil Subang, Majalengka dan Sumedang itu menegaskan bahwa penanggulangan HIV/AIDS tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau Dinas Kesehatan. Keterlibatan lintas sektor menjadi keharusan, termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, dan organisasi kemasyarakatan.

“Komisi Penanggulangan HIV/AIDS itu anggotanya lintas sektor, termasuk alim ulama dan tokoh masyarakat. Peran mereka sangat penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak terjadi penularan HIV,” katanya.

Ia menilai, pendekatan sosial dan keagamaan memiliki peran strategis dalam membangun kesadaran masyarakat serta mencegah perilaku berisiko.

dr. Encep juga menyoroti bahwa penularan HIV/AIDS sebagian besar disebabkan oleh perilaku manusia, khususnya perilaku seksual berisiko seperti berganti-ganti pasangan dan penyimpangan perilaku seksual.

“Kalau persoalan ini dibiarkan, maka yang terancam bukan hanya individu, tetapi juga generasi penerus bangsa. Ini bisa berdampak pada kesiapan sumber daya manusia dalam pembangunan Indonesia ke depan,” tegasnya.

Ia mengajak seluruh masyarakat menjadikan peringatan Hari AIDS Sedunia sebagai momentum untuk meningkatkan kewaspadaan, memperkuat upaya pencegahan, serta mendukung penanggulangan HIV/AIDS secara menyeluruh.

“Mulai dari pencegahan, penemuan kasus, pengobatan, hingga menghindari perilaku yang berisiko menularkan HIV. Ini tanggung jawab kita bersama,” pungkas dr. Encep.