SUBANG, TINTAHIJAU.com – Perjalanan ini akan menjadi kunjungan ketiga pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia ke Indonesia, setelah sebelumnya dilakukan pada tahun 1970 dan 1989 di masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Pada kunjungan pertama pada Kamis, 3 Desember 1970, Presiden Soeharto menyambut langsung kedatangan Paus Paulus VI di lapangan udara Kemayoran, Jakarta. Kedatangan pada sore hari yang cukup cerah itu dilakukan dengan upacara penyambutan singkat pada pukul 16.00. Setelah tiba, Paus Paulus VI langsung menuju Gereja Katedral untuk bersembahyang bersama umat Katolik di ibu kota dan sekitarnya.
Menurut laman soehartolibrary.id, yang juga mengutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973” (Penerbit PT. Citra Kharisma Bunda, Jakarta Tahun 2003), Presiden Soeharto menyambut Paus Paulus VI secara kenegaraan di muka Istana Merdeka pada pukul 18.00.
Dalam pertemuan tersebut, Paus menyatakan penghargaannya kepada bangsa Indonesia yang dinamis, berkeinginan untuk maju, dan menghormati kebiasaan spiritual. Setelah acara pertukaran tanda mata dan ramah tamah, pada pukul 19.00 malam, Paus Paulus VI meninggalkan Istana Merdeka.
Kunjungan Paus Fransiskus pada tahun 2024 ini diharapkan dapat memperkuat hubungan antara Gereja Katolik dan umat Katolik di Indonesia, serta menjadi momentum bersejarah bagi kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Panitia penyelenggara kunjungan Paus Fransiskus mengungkapkan bahwa kunjungan ini didukung oleh banyak pihak yang memberikan urunan dana demi kelancaran acara tersebut.
Indonesia yang merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki sejarah panjang dalam menjaga toleransi dan keharmonisan antar umat beragama. Kedatangan Paus Fransiskus akan menjadi momen penting untuk memperkuat pesan perdamaian dan persatuan di tengah keberagaman agama yang ada di Indonesia.
