Ragam  

Makna dan Tiga Keutamaan Puasa Arafah di Puncak Dzulhijjah

SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Kamis, 5 Juni 2025, bertepatan dengan 9 Dzulhijjah 1447 Hijriah, menjadi hari istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Hari ini dikenal sebagai Hari Arafah, yakni hari di mana para jemaah haji dari berbagai penjuru dunia tengah melaksanakan puncak ibadah haji berupa wukuf di Padang Arafah, salah satu rukun haji yang paling utama.

Bagi umat Islam yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji, hari ini adalah momen mulia untuk melaksanakan Puasa Arafah, sebuah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Meski bukan ibadah wajib, Puasa Arafah memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi dan menawarkan keutamaan luar biasa.

Makna dan Dasar Disyariatkannya Puasa Arafah

Puasa Arafah secara khusus disyariatkan bagi kaum Muslimin yang tidak sedang berhaji. Sementara bagi para jemaah yang tengah melaksanakan wukuf di Arafah, para ulama menyepakati bahwa mereka tidak dianjurkan untuk berpuasa, agar tetap kuat dan khusyuk dalam menjalani rangkaian ibadah haji.

Dalil utama tentang keutamaan puasa ini berasal dari hadis shahih yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah RA, ketika Rasulullah SAW ditanya tentang puasa di hari Arafah. Beliau bersabda:

“Puasa pada hari Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
(HR Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, dan lainnya)

Hadis ini menjelaskan bahwa Puasa Arafah memiliki kekuatan spiritual luar biasa, karena mampu menjadi wasilah (perantara) untuk pengampunan dosa selama dua tahun, yakni satu tahun yang telah berlalu dan satu tahun yang akan datang. Tentu, ini merujuk pada dosa-dosa kecil, karena penghapusan dosa besar tetap memerlukan taubat yang sungguh-sungguh.

Mengapa Hari Arafah Begitu Istimewa?

Hari Arafah adalah salah satu dari sepuluh hari pertama Dzulhijjah, yang secara keseluruhan merupakan waktu terbaik dalam kalender Islam untuk memperbanyak amal saleh. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada hari di mana amal saleh lebih dicintai oleh Allah melebihi amal yang dilakukan pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah.”
(HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad, kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, lalu tidak kembali lagi (syahid).”

Hadis ini menegaskan bahwa amal saleh yang dilakukan di hari-hari ini, termasuk Puasa Arafah, bahkan lebih utama dari jihad, kecuali jihad yang berujung pada kesyahidan.

Tiga Keutamaan Utama Puasa Arafah

  1. Menghapus dosa dua tahun
    Seperti disebutkan dalam hadis Abu Qatadah, puasa di hari Arafah menjadi sebab penghapusan dosa setahun ke belakang dan setahun ke depan. Ini adalah keutamaan luar biasa yang tidak ditemukan pada puasa-puasa sunnah lainnya.
  2. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan
    Menjelang Idul Adha, suasana spiritual umat Islam semakin meningkat. Dengan berpuasa Arafah, seorang Muslim melatih dirinya untuk lebih disiplin, sabar, dan fokus dalam beribadah, sehingga imannya semakin kuat dan ketakwaannya semakin mendalam.
  3. Pahala berlipat ganda
    Karena waktunya bersamaan dengan hari paling utama dalam ibadah haji, maka setiap amal ibadah yang dilakukan pada hari ini — termasuk puasa, zikir, doa, dan sedekah — sangat dicintai oleh Allah SWT dan mendapatkan balasan pahala yang luar biasa.

Selain bernilai pahala, Puasa Arafah juga menjadi momentum refleksi dan muhasabah (introspeksi) diri. Ia mengajarkan pentingnya menyiapkan diri secara spiritual sebelum menyambut Idul Adha, hari raya besar kedua bagi umat Islam setelah Idul Fitri.

Dalam kondisi penuh keheningan dan kekhusyukan, hari Arafah memberi kesempatan kepada setiap Muslim untuk memohon ampunan, memperbanyak zikir, membaca Al-Qur’an, dan mendoakan diri serta keluarga. Doa yang dipanjatkan pada hari Arafah disebut-sebut sebagai salah satu doa yang paling mustajab, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah…”
(HR Tirmidzi dan Malik)

Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Bagi umat Islam yang sedang tidak berhaji, menunaikan Puasa Arafah adalah bentuk solidaritas spiritual dengan para tamu Allah yang sedang berada di Tanah Suci. Meski tidak ikut menapaki jejak Ibrahim di padang Arafah, kita dapat meneladani semangat pengorbanan dan ketulusan melalui amalan puasa dan ibadah lainnya.

Dengan melaksanakan puasa ini, seorang Muslim diharapkan menyambut Idul Adha dalam kondisi jiwa yang lebih bersih, penuh ketenangan, dan dengan semangat baru untuk memperbaiki diri.

Puasa Arafah bukan sekadar ibadah sunnah. Ia adalah kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, meraih pengampunan, melatih keikhlasan, dan memperkaya jiwa dengan amal saleh. Dengan menjalaninya, umat Islam tidak hanya mendapatkan pahala yang besar, tetapi juga mempersiapkan diri menyambut hari raya Idul Adha dengan hati yang lapang dan suci.