Kecintaan pada budaya dan tradisi yang dibangun sejak kecil akan membantu kelanggengan kearifan lokal tersebut. Anak-anak sudah bisa dikenalkan dengan seni tradisi dan budaya daerah sejak kecil oleh orangtua.
Lalu, bagaimana cara efektif membangun kecintaan anak terhadap seni tradisi dan budaya daerahnya?
Ketua Umum Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Pudentia MPSS membagikan beberapa langkah, sebagai berikut;
- Pengenalan Lingkungan
Pudentia mengatakan salah satu yang paling penting dilakukan ialah pengenalan lingkungan. Karena anak sering tidak tahu di lingkungannya ada seorang ahli tentang suatu tradisi atau budaya.
Advertisement
”Sering kali anak-anak juga tidak sadar bahwa di lingkungannya itu ada maestro-maestro, ada guru-guru budaya, yang sangat luar biasa, yang dikenal bahkan sampai ke luar negeri. Tapi mereka sendiri tidak paham,” ungkap Pudentia.
- Pemahaman Makna
Pudentia juga menekankan perlunya penyampaian makna dari tradisi dan budaya di Indonesia kepada anak. ”Sering kali mereka mengatakan itu jadul ya. Jadi sesuatu yang dari masa lalu. Nah ini yang sebenarnya perlu mediasi, ini maknanya apa sih ini,” ucapnya.
Selain itu, penting juga untuk membunyikan tradisi sehingga anak-anak mengenali hal itu sebagai bagian dari masa kini. Hal itu juga bisa membuat mereka berpikir tradisi ini penting sebagai sumber kearifan lokal, sumber pengetahuan.
“Kalau mereka enggak paham gimana mereka mau. Untuk apa sih tradisi ini atau bagaimana konteks tradisi ini dalam kehidupan. Ini yang perlu dibunyikan, sehingga mereka merasa pentingnya,” lanjutnya.
- Kebiasaan
Orangtua juga bisa mengajak anak untuk mendengarkan musik bersama atau menonton pertunjukan seni bersama, sehingga anak akan merasa dekat dengan seni tradisi dan budaya tersebut. Akhirnya terbangun kebiasaan untuk mendengar atau menonton suatu kesenian.
”Jadi misalnya kita datang ke Tanah Melayu, ke Pekanbaru. Itu anak muda berpantun, karena pantun menjadi bagian dari hidup,” tuturnya.
Pudentia menyebut jika tradisi sudah tidak relevan atau tidak berfungsi biasanya memang hilang. Tapi kalau masih ada sampai sekarang artinya masih dianggap penting oleh komunitas.
“Apanya sih yang penting, apa sih uniknya. Ini yang perlu dilakukan dan perlu perhatian serta difasilitasi pemerintah. Karena kalau masyarakat tidak mampu menghidupkan sendiri. Jadi perlu kerja sama, perlu difasilitasi dengan pemerintah,” lanjutnya.
4. Seni Tradisi Masuk Gawai
Dengan perkembangan teknologi dan anak-anak yang suka melihat gawai, menjadi salah satu cara untuk mendekatkan tradisi dan budaya melalui layar kepada anak-anak.
”Kalau gawai dibuka ada seni tradisi dan budaya. Tapi ibu mesti berperan juga, misalnya bisa nyanyi, senandung atau bercerita. Itu anak selalu tertarik kalau dibacain cerita-cerita atau menceritakan sesuatu. Itu dari kecil udah pasti tertarik anak,” ungkap Pudentia.
Pudentia menambahkan, yang membuat anak tertarik adalah cara ibunya berkomunikasi, keberadaan sang ibu, sementara cerita atau lagu menjadi nomor dua. “Terpenting, anak merasa ibunya penuh perhatian,” tukasnya.
Lalu, menggunakan pakaian daerah di sekolah pada hari tertentu juga menjadi salah satu cara mengenalkan tradisi dan budaya pada anak. Kemudian ada pemahaman yang diberikan seputar kegiatan tersebut, baik dari sisi busana, tarian daerah hingga lagu daerah. Ini menumbuhkan pola pikir bahwa tradisi dan budaya memang berharga.
Sumber: Media Indonesia