Ragam  

Menbud Sebut RA Kartini Sebagai Pelopor Emansipasi Perempuan yang Menginspirasi Sepanjang Masa

Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon saat menyampaikan sambutan dalam acara "Merayakan Hari Kartini: Habis Gelap Terbitlah Terang — Suara Perempuan dalam Budaya" di Plaza Insan Berprestasi Jakarta pada Senin (21/4/2025). (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengenang Raden Ajeng Kartini sebagai sosok penting dalam sejarah perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia. Dalam peringatan Hari Kartini bertajuk “Merayakan Hari Kartini: Habis Gelap Terbitlah Terang — Suara Perempuan dalam Budaya”, Fadli mengungkapkan kekagumannya terhadap semangat dan pemikiran Kartini yang melampaui zamannya.

Semasa hidupnya yang singkat, hanya hingga usia 25 tahun, Kartini berhasil menulis sekitar 400 surat. Surat-surat ini menjadi bukti kepedulian dan pemikirannya terhadap pemberdayaan perempuan, bahkan ada yang mencapai 27 halaman. “Jadi luar biasa RA Kartini ini, merupakan seorang sosok yang sangat besar dalam sejarah Indonesia,” ujar Fadli seperti yang dikutip dari laman ANTARA, Selasa (22/4/2025).

Lebih lanjut, Fadli menjelaskan bahwa perjuangan Kartini tidak bisa dilepaskan dari konteks sejarah saat itu, yakni era politik etis yang mulai dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Kebijakan ini lahir dari tekanan dalam negeri Belanda, yang mengalami krisis keuangan pasca Perang Jawa serta meningkatnya kebutuhan tenaga kerja terdidik dari kalangan pribumi.

RA Kartini, sebagai bagian dari kelompok pribumi terdidik, menjadi suara penting yang turut mendorong pemerintah kolonial untuk membuka akses pendidikan bagi masyarakat Indonesia. “RA Kartini dan politik etis ini sangatlah berkaitan,” jelas Fadli.

Atas jasa-jasanya, Kartini dikenang dan diabadikan melalui lagu “Ibu Kita Kartini” karya Wage Rudolf Supratman, pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Lagu tersebut pertama kali diperdengarkan dalam Kongres Perempuan Indonesia pada 22 Desember 1928, momentum yang tidak jauh dari Sumpah Pemuda.

Penghormatan lebih lanjut diberikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964, ketika RA Kartini secara resmi dinobatkan sebagai pahlawan nasional perempuan pertama Indonesia. Fadli menegaskan, “Surat-surat Kartini yang luar biasa itu memberikan nuansa pada zaman itu, keinginan perempuan ingin juga mengenyam pendidikan dan mendapatkan kebebasan.”

Warisan pemikiran RA Kartini terus hidup dan menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia untuk terus maju dan mengembangkan diri di berbagai bidang. Emansipasi yang dulu hanya menjadi harapan, kini telah menjadi kenyataan berkat perjuangan dan semangat Kartini yang tak lekang oleh waktu.

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini