Ragam

Mengenal Fenomena Brain Rot dan Cara Mengatasinya

×

Mengenal Fenomena Brain Rot dan Cara Mengatasinya

Sebarkan artikel ini

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – “Brain rot” atau “pembusukan otak” adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan dampak negatif dari konsumsi konten internet yang berkualitas rendah.

Istilah ini merujuk pada kondisi di mana seseorang terlalu banyak menghabiskan waktu di dunia maya, mengakses konten yang tidak bermanfaat, yang akhirnya berdampak pada penurunan kemampuan berpikir, kesulitan berkonsentrasi, dan bahkan menurunnya kualitas hidup. Konten semacam ini sering kali bersifat dangkal dan cepat mengalihkan perhatian, yang dapat merusak kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan dunia nyata.

Mengapa Brain Rot Terjadi?

Fenomena brain rot kerap dikaitkan dengan kebiasaan generasi muda, terutama anak-anak dan remaja, dalam mengonsumsi berbagai konten hiburan yang serba instan dan menghibur, seperti video singkat di media sosial. Penggunaan gadget yang berlebihan dan ketergantungan pada konten yang tidak bermutu dapat menyebabkan penurunan daya pikir dan kemampuan berpikir kritis. Bahkan, di kalangan pelajar, fenomena ini bisa mempengaruhi cara mereka menyelesaikan tugas sekolah, yang sering dianggap terlalu berat meskipun sebenarnya itu adalah hal yang wajar.

Konten yang mudah diputar ulang dan bisa dilewatkan begitu saja ini menciptakan kebiasaan untuk menghindari tantangan dan lebih memilih hal-hal yang mudah dan instan. Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang harus menunggu untuk mendapatkan hiburan, kini segala sesuatunya serba cepat dan bisa langsung didapatkan. Akibatnya, tingkat kesabaran dan ketahanan mental anak muda kini semakin menurun.

Contoh Brain Rot di Dunia Nyata

Salah satu contoh terbaru dari fenomena ini terjadi pada bulan September 2024, ketika seorang politikus Australia, Fatima Payman, membuat heboh dunia maya dengan menyelipkan bahasa slang dari generasi Alfa dalam pidatonya di Senat Australia. Tindakan ini dipandang oleh sebagian orang sebagai contoh dari “brain rot,” di mana bahasa yang digunakan sangat terpengaruh oleh budaya internet yang berkembang di kalangan anak muda.

Dampak Psikologis dan Kognitif Brain Rot

Brain rot tidak hanya berdampak pada kualitas pemikiran, tetapi juga pada kesehatan mental secara keseluruhan. Penggunaan gadget yang berlebihan, terutama media sosial, dapat membuat seseorang menjadi malas berpikir kritis dan kurang sabar dalam menghadapi masalah. Hal ini sering terjadi pada pelajar yang mengeluh tentang tugas sekolah yang dianggap berat, meskipun itu adalah hal yang biasa bagi generasi sebelumnya.

Cara Mengatasi Brain Rot

Untuk mengatasi brain rot, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, baik oleh individu maupun masyarakat secara umum:

  1. Kontrol Diri dan Pengaturan Waktu Batasi waktu penggunaan gadget, khususnya media sosial, dan hindari kebiasaan scrolling tanpa tujuan. Tetapkan waktu untuk menggunakan gadget, dan pastikan untuk mematikan notifikasi agar tidak tergoda untuk terus memeriksa layar. Disarankan untuk tidak lebih dari 2 jam per hari untuk orang dewasa, dan anak-anak di bawah 2 tahun sebaiknya tidak diperkenalkan dengan gadget.
  2. Batasi Penggunaan Gadget Sebelum Tidur Banyak gadget yang memiliki fitur pengingat untuk beristirahat. Gunakan fitur ini dan pastikan untuk tidak menggunakan gadget minimal satu jam sebelum tidur. Penggunaan gadget sebelum tidur dapat mengganggu kualitas tidur dan memperburuk kondisi brain rot, karena paparan cahaya biru dari layar dapat mengganggu pola tidur.
  3. Aktivitas Fisik dan Sosialisasi Kurangi aplikasi yang tidak penting dan fokus pada aplikasi yang lebih bermanfaat. Alihkan perhatian dengan aktivitas produktif seperti olahraga, memasak, atau bahkan bercocok tanam. Selain itu, bertemu dengan teman atau keluarga dapat membantu melepaskan stres dan mengurangi ketergantungan pada gadget.
  4. Pentingnya Peran Orang Tua Bagi anak-anak, peran orang tua sangat penting dalam menghindarkan mereka dari brain rot. Orang tua dapat membantu dengan mengurangi waktu yang dihabiskan anak-anak untuk menggulir lini masa media sosial dan mengarahkan mereka untuk terlibat dalam aktivitas yang lebih produktif dan bermanfaat bagi perkembangan mereka.

Brain rot merupakan fenomena yang semakin nyata di era digital ini, di mana konten berkualitas rendah dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan kemampuan berpikir seseorang. Untuk itu, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam mengonsumsi informasi dan menjaga keseimbangan antara dunia maya dan kehidupan nyata.

Dengan kontrol diri yang baik, serta mengutamakan aktivitas yang lebih bermanfaat, kita dapat mengurangi dampak negatif dari brain rot dan menjaga kualitas hidup kita.

Sumber: Wikipedia