Ragam

Mengenal Istilah dan Menilik Fenomena “Anak Skena”

×

Mengenal Istilah dan Menilik Fenomena “Anak Skena”

Sebarkan artikel ini

SUBANG, TINTAHIJAU.com — Dalam dunia pergaulan anak muda, istilah “anak skena” kini menjadi bagian dari bahasa gaul yang cukup populer, khususnya di kalangan mereka yang gemar musik, seni, dan eksplorasi gaya hidup. Namun, lebih dari sekadar label, istilah ini merepresentasikan sebuah subkultur yang unik dan sarat makna.

Apa Itu “Anak Skena”?

Secara umum, “anak skena” merujuk pada sekelompok anak muda yang memiliki ketertarikan dan gaya hidup serupa, terutama dalam hal musik, seni, serta kegiatan sosial seperti nongkrong dan menjelajahi tempat-tempat baru. Gaya hidup ini tak lepas dari penampilan khas yang mudah dikenali: kaos band, celana cargo, sepatu boots, topi beanie, hingga kacamata berbingkai tebal.

Istilah “skena” sendiri kerap dianggap sebagai akronim dari Sua, Cengkerama, Kelana, yang secara harfiah berarti berkumpul, bercengkerama, dan menjelajah—tiga elemen penting dalam kehidupan sosial anak skena.

Gaya Hidup dan Minat Musik

Anak skena umumnya memiliki gaya hidup yang santai namun ekspresif. Mereka menaruh nilai tinggi pada kebersamaan, pertemanan, dan ruang-ruang eksplorasi kreatif. Musik menjadi salah satu elemen sentral dalam komunitas ini, terutama genre-genre yang bersifat non-mainstream atau “underground” seperti indie rock, punk, post-rock, hingga alternatif.

Kegiatan seperti menghadiri konser kecil atau “gig”, berburu rilisan fisik musisi lokal, hingga mendiskusikan perkembangan musik alternatif menjadi rutinitas yang membentuk identitas komunitas ini.

Lebih dari Sekadar Fashion

Meski identik dengan penampilan tertentu, anak skena bukan hanya soal gaya berpakaian. Lebih dari itu, skena mencerminkan semangat komunitas dan apresiasi terhadap seni. Banyak dari mereka yang aktif di ruang-ruang kreatif seperti galeri seni, kafe estetik, atau taman kota yang kerap dijadikan tempat berkumpul dan bertukar ide.

Skena Sebagai Subkultur Global

Fenomena anak skena bukan hanya terjadi di Indonesia. Subkultur ini memiliki akar yang kuat sejak awal 2000-an di Amerika Serikat dan menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Asia Tenggara. Dalam perkembangannya, skena menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri, membangun relasi sosial, dan memperluas wawasan budaya.

Fenomena “anak skena” menunjukkan bahwa anak muda masa kini tidak hanya aktif dalam dunia digital, tetapi juga dalam komunitas nyata yang penuh kreativitas dan semangat eksplorasi. Mereka adalah representasi dari generasi yang berani tampil berbeda, menjunjung kebebasan berekspresi, dan membangun koneksi melalui musik, seni, dan pertemanan. Di tengah dinamika zaman, anak skena menjadi simbol keberanian untuk menjadi diri sendiri, sekaligus merayakan keberagaman dalam kesamaan minat.