Ragam  

Mengenali Perbedaan Gejala Demam Berdarah Dengue dan Tifus

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Musim hujan sering kali membawa sejumlah ancaman kesehatan, salah satunya adalah meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini menjadi salah satu masalah kesehatan yang banyak menyerang masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2022 tercatat sebanyak 1,1 juta kasus DBD di Indonesia.

Sayangnya, gejala DBD sering kali menyerupai gejala tifus, sehingga penanganannya kerap terlambat. Penting untuk memahami perbedaan antara gejala kedua penyakit ini agar penanganan dapat dilakukan secara tepat waktu. Berikut ini adalah perbedaan gejala utama DBD dan tifus:

1. Demam

Demam pada DBD muncul secara tiba-tiba dengan suhu tubuh mencapai 39–40°C atau lebih, tanpa diiringi gejala flu seperti batuk atau pilek. Demam biasanya berlangsung sepanjang hari.

Sebaliknya, demam pada tifus cenderung bersifat naik-turun dan berpola, di mana penderita akan mengalami demam tinggi pada malam hari dan mereda di siang hari.

2. Nyeri pada Perut

Baik DBD maupun tifus dapat menyebabkan nyeri pada perut, tetapi sifatnya berbeda. Pada DBD, pengidap cenderung merasakan nyeri pada ulu hati, sementara pada tifus gejala perut terasa tidak nyaman tetapi tidak menimbulkan nyeri hebat.

3. Syok

Syok lebih sering terjadi pada pengidap DBD, terutama saat memasuki fase kritis. Kondisi yang dikenal sebagai dengue shock syndrome ini disebabkan oleh kebocoran plasma darah, yang mengakibatkan tekanan darah turun drastis. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat berakibat fatal.

Sementara itu, pengidap tifus umumnya tidak mengalami syok kecuali terjadi komplikasi berat seperti perforasi usus atau perdarahan hebat.

4. Bintik Merah

Gejala khas pada pengidap DBD adalah munculnya bintik merah di kulit akibat pendarahan. Jika ditekan, bintik merah ini tidak akan pudar. Pengidap DBD juga kerap mengalami mimisan dan perdarahan ringan pada gusi.

Pada tifus, bintik merah bukan disebabkan pendarahan, melainkan infeksi bakteri Salmonella typhi.

5. Nyeri Sendi dan Otot

Pengidap DBD sering merasakan nyeri pada sendi, otot, dan tulang, disertai sakit kepala parah, mual, dan muntah.

Sementara itu, gejala nyeri pada tifus lebih berkaitan dengan gangguan saluran pencernaan, seperti sakit perut, diare, atau sembelit, yang menyertai demam.

6. Musiman

DBD termasuk penyakit musiman yang kasusnya meningkat pada musim hujan. Lingkungan yang lembap menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. Sebaliknya, tifus bukanlah penyakit musiman. Penyakit ini dapat menyerang kapan saja jika kebersihan lingkungan dan makanan tidak terjaga dengan baik.

Pentingnya Deteksi dan Penanganan Dini

Mengenali perbedaan gejala DBD dan tifus dapat membantu masyarakat mengambil langkah cepat untuk mendapatkan perawatan yang sesuai. Jika mengalami gejala demam tinggi disertai tanda-tanda tertentu seperti bintik merah, nyeri hebat, atau mual berkepanjangan, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.

Selain itu, menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan langkah pencegahan seperti 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) dapat membantu mengurangi risiko penyebaran DBD, terutama di musim penghujan. Dengan deteksi dini dan pencegahan yang tepat, dampak buruk dari kedua penyakit ini dapat diminimalkan.