SUBANG, TINTAHIJAU.com – Isu tentang potensi lumpuhnya Jakarta akibat gempa megathrust menjadi perbincangan hangat di media sosial belakangan ini. Berawal dari sebuah video yang menampilkan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita, yang diinterpretasikan sebagai pernyataan tentang potensi bahaya tersebut.
Namun, Dwikorita sendiri membantah narasi tersebut. Ia menjelaskan bahwa video tersebut diambil dalam konteks penjelasan mengenai pentingnya pembangunan sistem peringatan dini tsunami, bukan tentang Jakarta yang lumpuh akibat gempa megathrust. Video itu diambil saat ia memberikan penjelasan kepada anggota dewan dalam rapat di Senayan, Jakarta.
Menurut Dwikorita, pemotongan video tersebut oleh pihak yang tak bertanggung jawab menyebabkan makna yang salah tersampaikan. Yang dimaksud dengan lumpuh dalam konteks tersebut adalah terputusnya jaringan komunikasi akibat rusaknya infrastruktur pasca gempa megathrust.
Untuk mengantisipasi potensi bahaya tersebut, BMKG mengusulkan pembangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami (InaTEWS) di Bali sebagai cadangan atau backup. Dalam skenario terburuk, gempa megathrust dengan kekuatan tertentu diperkirakan bisa memutuskan operasional InaTEWS BMKG di Jakarta karena putusnya jaringan komunikasi.
Sebagai langkah antisipasi, BMKG mengusulkan pembangunan Gedung Operasional Cadangan di Denpasar dengan desain khusus yang tahan gempa. Gedung ini dijadikan sebagai backup jika sewaktu-waktu InaTEWS di Jakarta benar-benar lumpuh.
Gempa megathrust sendiri merupakan jenis gempa bumi yang berasal dari zona megathrust, yaitu bagian dangkal dari zona subduksi. Zona subduksi adalah area di mana lempeng bumi saling bertemu, dan gempa megathrust sering kali memicu tsunami jika terjadi di laut.
Dalam konteks ini, zona megathrust menjadi sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal. Potensi bahaya yang ditimbulkannya memang patut diwaspadai, namun dengan langkah-langkah antisipatif yang tepat, seperti pembangunan sistem peringatan dini tsunami, risiko tersebut dapat diminimalisir.
Jadi, meskipun isu tentang lumpuhnya Jakarta akibat gempa megathrust viral di media sosial, penting bagi kita untuk memahami konteks sebenarnya serta langkah-langkah yang telah diambil untuk mengantisipasi potensi bahaya tersebut. Dengan begitu, kita dapat lebih siap menghadapi potensi ancaman gempa dan tsunami di masa depan.