Ragam  

Namira Ecoprint: Dari Jejak Daun Surabaya, Menyulam Asa hingga Kanada

Di balik lembaran kain yang bermotif daun dan warna-warna alami, tersembunyi kisah perjuangan, cinta pada alam, dan harapan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan. Namira Ecoprint, usaha kecil berbasis eco-fashion dari Surabaya, telah menjelma menjadi simbol bahwa yang kecil bisa berdampak besar—bukan hanya bagi bumi, tapi juga bagi sesama.

Adalah Yayuk Eko Agustin Wahyuni, perempuan tangguh di balik Namira Ecoprint. Sejak 2019, ia mulai bereksperimen dengan teknik eco-printing—proses membatik dengan menggunakan dedaunan dan pewarna alami. Tanpa bahan kimia, tanpa limbah berbahaya. Hanya daun, kain, air, dan kesabaran.

“Awalnya karena saya resah dengan limbah industri tekstil yang mencemari sungai. Saya ingin menciptakan sesuatu yang tidak merusak, tapi tetap bernilai,” kata Yayuk ketika ditemui di rumah produksinya di kawasan Surabaya Timur.

Dari situ, Namira Ecoprint lahir. Berawal dari teras rumah, kini produknya telah terbang hingga Thailand, Oman, Arab Saudi, Eropa, Rusia, bahkan Kanada. Dalam sebulan, sekitar 500 produk diproduksi secara handmade, mulai dari kain, hijab, baju hingga jaket kulit domba bermotif daun.

Yang menarik, setiap produk adalah satu-satunya. Tak ada motif yang benar-benar sama. Sebab, prosesnya bergantung pada bentuk, tekstur, dan reaksi setiap daun terhadap kain.

“Setiap daun punya karakter. Kalau daun jati misalnya, dia kuat dan tajam jejaknya. Tapi daun lamtoro lembut dan pudar. Itulah keindahannya—alami dan jujur,” ujar Yayuk, sambil memperlihatkan jaket kulit domba berwarna cokelat dengan motif dedaunan.

Membawa Nilai, Bukan Sekadar Produk

Namun Namira Ecoprint bukan hanya tentang karya seni berbahan alam. Di balik setiap helai kainnya, Yayuk menanamkan nilai-nilai sosial dan keberdayaan. Ia sengaja merekrut tenaga kerja dari masyarakat sekitar, termasuk penyandang disabilitas. Kini, sepuluh orang bergabung dalam timnya.

“Saya ingin mereka bukan hanya bekerja, tapi juga tumbuh. Kami saling belajar, saling menguatkan. Karena bagi saya, usaha ini bukan soal untung-rugi, tapi tentang memberi manfaat,” kata Yayuk, matanya berbinar.

Pandemi sempat mengguncang usahanya. Penjualan menurun, pameran ditiadakan, dan produksi sempat berhenti. Tapi Yayuk tak menyerah. Ia memperkuat penjualan daring, ikut pelatihan, dan bergabung dengan berbagai komunitas wirausaha perempuan.

Kini, semangat itu berbuah manis. Namira Ecoprint terpilih sebagai peserta program UMK Academy 2025 yang digagas PT Pertamina (Persero). Ia masuk dalam kelas Go Global, yang dirancang khusus untuk UMK berorientasi ekspor.

Lewat program ini, Namira mendapat pelatihan, pendampingan bisnis, hingga akses ke pasar luar negeri dan teknologi baru. Yayuk berharap bisa menembus tingkat nasional dan mendapatkan hibah alat produksi modern.

“Meski berbasis tradisional, kami ingin tetap relevan. Dengan alat yang lebih baik, kami bisa meningkatkan kapasitas tanpa kehilangan ruh alami produk,” jelasnya.

Menjadi Hijau, Menjadi Bermakna

Akselerator UMK Academy 2025, Aliff Indira Thahir, menyebut Namira sebagai salah satu peserta paling menjanjikan. “Namira membawa kombinasi kuat: produk otentik, nilai keberlanjutan, dan semangat pemberdayaan. Itulah wajah UMK masa depan,” kata Aliff.

Sebagai bagian dari upaya membentuk wirausaha berwawasan lingkungan, UMK Academy juga menyisipkan kurikulum Go Green di setiap tahap pelatihan. Bagi Yayuk, ini bukan hal baru—karena Namira sendiri sudah hidup dalam prinsip itu sejak awal.

“Go Green bagi kami bukan slogan. Itu napas usaha ini. Kami hidup berdampingan dengan alam, bukan mengeksploitasinya,” ujar Yayuk.

Kini, seiring semakin luasnya jangkauan pasar, Yayuk punya mimpi lebih besar: mendirikan eco-center—tempat edukasi dan pelatihan untuk siapa pun yang ingin belajar eco-printing dan usaha berkelanjutan. Ia ingin Namira tak hanya menjual, tapi juga menginspirasi.

“Kalau dulu saya mulai dari satu daun, kini saya ingin ribuan orang bisa menanamkan daun-daun baru dalam hidupnya. Daun harapan, daun perubahan,” ucapnya pelan.

Dari Surabaya, dari sehelai daun, Namira Ecoprint telah membuktikan bahwa masa depan fesyen tak harus mahal, tak harus merusak. Ia cukup alami, inklusif, dan bernyawa.