SUBANG, TINTAHIJAU.com — Saya masih ingat hari pertama Windows 10 hadir di laptop saya. Waktu itu tahun 2015, dan Microsoft baru saja mengumumkan bahwa siapa pun yang menggunakan Windows 7 atau 8 bisa meng-upgrade secara gratis. Saya ingat betul rasa penasaran itu — seperti membuka halaman pertama dari buku baru. Tampilan Start Menu kembali, tapi dengan sentuhan modern. Cortana menyapa, notifikasi muncul di sisi kanan layar, dan semuanya terasa seperti era baru komputer pribadi yang lebih ramah, lebih bersahabat.
Hari ini, hampir sepuluh tahun kemudian, Microsoft resmi mengumumkan bahwa Windows 10 sudah mencapai akhir masa dukungannya. Tidak ada lagi pembaruan keamanan, tidak ada lagi tambalan bug, dan tidak ada lagi janji fitur baru. Sistem operasi yang dulu begitu revolusioner itu kini benar-benar “pensiun”. Dan entah kenapa, saya merasa sedikit sedih.
Windows 10 bukan sekadar perangkat lunak. Ia adalah teman yang diam-diam menemani begitu banyak momen — dari tugas kuliah yang saya kerjakan hingga larut malam, hingga file pekerjaan pertama yang saya simpan dengan rasa bangga. Ia selalu ada, setia, dengan bunyi notifikasi khasnya dan layar biru (kadang) yang memaksa saya belajar untuk lebih sabar.
Bagi Microsoft, keputusan ini mungkin wajar. Windows 10 sudah berusia satu dekade dan digantikan oleh Windows 11 yang lebih modern, dengan desain baru dan fitur berbasis kecerdasan buatan. Tapi bagi jutaan pengguna seperti saya, Windows 10 bukan hanya sistem operasi — ia adalah bagian dari keseharian. Data terakhir menunjukkan bahwa ratusan juta perangkat di dunia masih menjalankan Windows 10 hingga hari ini, bahkan setelah Microsoft berkali-kali mendorong migrasi ke Windows 11.
Saya bisa mengerti kenapa. Windows 10 punya keseimbangan yang sulit dijelaskan. Tidak serumit Windows 8, tapi juga tidak sepolos Windows 7. Ia seperti versi “dewasa” dari Windows yang kita kenal — tangguh, stabil, dan nyaman digunakan. Ia memperkenalkan banyak hal baru: Cortana, DirectX 12 untuk para gamer, dan integrasi yang makin erat dengan layanan cloud. Tapi di balik semua itu, yang paling saya kenang justru kesederhanaannya: kemampuan untuk tetap bekerja dengan tenang tanpa banyak drama.
Microsoft sebenarnya masih memberi sedikit waktu bagi pengguna lama melalui program Extended Security Updates (ESU) — semacam perpanjangan hidup satu tahun bagi Windows 10. Pengguna bisa mendaftar secara gratis untuk tetap mendapatkan pembaruan keamanan hingga 2026. Tapi tetap saja, ini hanya penundaan dari hal yang tak terelakkan. Cepat atau lambat, Windows 10 akan benar-benar berhenti bernafas di dunia digital.
Saya tahu, akan tiba saatnya saya juga harus beralih ke Windows 11. Tapi saya masih menunda-nunda, mungkin karena masih ada rasa enggan untuk berpisah. Ada sesuatu yang akrab dari tampilan Start Menu-nya, dari ikon-ikon kecil di taskbar, hingga suara khas saat komputer dinyalakan. Semua itu terasa seperti rumah — bukan yang paling baru atau paling indah, tapi yang paling nyaman.
Beberapa teman saya sudah pindah ke Windows 11. Ada yang memuji tampilannya yang lebih modern, ada juga yang mengeluh tentang kompatibilitas dan performa. Sementara itu, sebagian lainnya memilih jalan berbeda: tetap di Windows 10, atau bahkan beralih ke sistem alternatif seperti Linux. Dan di antara semua pilihan itu, saya rasa tidak ada yang salah. Setiap orang punya cara sendiri untuk berpisah.
Bagi saya pribadi, Windows 10 akan selalu punya tempat khusus dalam kenangan. Ia menemani transisi saya dari kuliah ke dunia kerja, dari menulis skripsi hingga menulis artikel seperti ini. Ia menyimpan banyak cerita — bukan hanya file dan dokumen, tapi juga potongan waktu dan perasaan yang terekam di layar monitor.
Kini, ketika Microsoft menutup dukungan resminya, saya tidak bisa tidak merasa seperti sedang kehilangan sesuatu yang penting. Mungkin ini memang saatnya melangkah ke depan, mencoba hal baru, dan membiarkan Windows 10 beristirahat dengan tenang. Tapi sebelum itu, izinkan saya membuka laptop sekali lagi, menatap layar biru dengan ikon Start di pojok kiri bawah, dan berbisik pelan:
Terima kasih Microsoft, Selamat Tinggal Windows 10…





