PURWAKARTA, TINTAHIJAU.com — GA dan MLA, dua siswa SMP di Kabupaten Purwakarta, kini telah kembali ke rumah masing-masing setelah menyelesaikan program pendidikan karakter selama dua pekan di Resimen Armed 1 Sthira Yudha. Program ini menjadi salah satu upaya Pemerintah Jawa Barat dalam menanggulangi kenakalan remaja melalui pendekatan disiplin ala militer.
GA, siswa kelas 8, terpilih mengikuti program ini setelah kedapatan berkerumun untuk melakukan aksi tawuran. Alih-alih dihukum secara hukum, GA berkesempatan menjalani pendidikan karakter yang dicanangkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Di barak, ia menjalani rutinitas yang ketat mulai dari pukul 04.00 pagi hingga 22.00 malam, mencakup salat lima waktu, senam pagi, belajar, latihan baris-berbaris (PBB), hingga apel malam.
Meski awalnya berat, GA mengaku banyak mendapat pengalaman dan pelajaran berharga. “Di barak itu seru, teman-teman baik, pelatih juga asik. Saya dapat piagam dan menulis janji sendiri untuk tidak ikut tawuran lagi dan nurut sama orang tua,” ungkapnya.
Hal serupa dirasakan oleh MLA, siswa kelas 7 yang juga mengikuti program tersebut. Ia kini lebih disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal ibadah dan belajar. “Sekarang gak perlu dibangunin buat salat, latihan di barak seru banget, pelatihnya juga baik,” ujarnya.
Di balik keberhasilan anak-anak tersebut, tersimpan kisah haru dari orang tua mereka. Kokom Komariah, ibu dari GA, mengaku setiap malam tidur di kamar anaknya selama GA berada di barak karena rasa rindu yang mendalam. “Alhamdulillah sekarang GA sudah lebih disiplin, salat lima waktu, dan juga lebih dekat dengan keluarga,” katanya.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Purwanto, pendidikan karakter tidak berhenti di barak. Setelah dua pekan pelatihan, program ini akan dilanjutkan selama enam bulan ke depan. Para siswa akan dipantau oleh guru Bimbingan Konseling (BK) dan kepala sekolah yang telah ditunjuk secara resmi.
“Setiap guru BK akan memantau tiga siswa dan tiga orang tua. Kami juga sudah meminta sekolah untuk memberikan ruang aktivitas positif, seperti menjadikan mereka duta disiplin, ketua ekskul, atau anggota OSIS,” jelas Purwanto.
Dengan pendekatan yang mengedepankan disiplin, spiritualitas, dan tanggung jawab, program ini diharapkan dapat mencetak generasi muda yang lebih baik. Para siswa yang dulu dianggap ‘nakal’ kini diharapkan menjadi agen perubahan dan teladan di lingkungan sekolahnya.