SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Warga Subang, Jawa Barat, dihebohkan dengan beredarnya video memperlihatkan gumpalan berwarna hitam melayang di udara di daerah Patokbeusi. Setelah beberapa saat melayang di udara, gumpalan itu jatuh ke tanah dan terlihat menyerupai bubuih.
Dikutip dari liputan6, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Barat memastikan fenomena itu bukan peristiwa alam yang disebabkan oleh cuaca atau aktivitas atmosfer.
BMKG menjelaskan, secara ilmiah awan terbentuk dari proses kondensasi uap air di atmosfer dengan pola, ketinggian, dan karakteristik tertentu yang bisa diidentifikasi melalui citra satelit maupun radar cuaca.
“Berdasarkan analisis data meteorologi, fenomena gumpalan hitam di Subang tidak termasuk dalam kategori awan atau fenomena atmosfer lainnya,” tulis BMKG Jawa Barat, Selasa (29/10/2025).
BMKG menilai gumpalan hitam itu kemungkinan besar berasal dari aktivitas di permukaan bumi.
“Fenomena yang tampak berupa gumpalan hitam tersebut lebih mungkin berasal dari proses industri, reaksi kimia limbah, atau aktivitas manusia lainnya yang menyebabkan terbentuknya busa atau material ringan yang kemudian terangkat oleh angin.”
Untuk memastikan sumber dan kandungan materialnya, BMKG menyarankan agar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) atau BPBD setempat melakukan pemeriksaan lebih lanjut di lokasi kejadian.
BMKG Jawa Barat menyatakan akan terus memantau kondisi cuaca dan atmosfer di wilayah Subang serta siap memberikan dukungan data jika dibutuhkan untuk kajian lebih mendalam oleh instansi berwenang.
“Kami terus melakukan pemantauan rutin terhadap dinamika cuaca dan atmosfer. Jika diperlukan, kami siap membantu analisis data untuk mendukung investigasi lanjutan,” tulis BMKG Jabar dalam pernyataannya.
BMKG juga memaparkan kondisi cuaca di wilayah Subang pada waktu kejadian. Pada 27 Oktober 2025 kemarin, cuaca Subang pada pagi hari terpantau berawan, kemudian muncul awan hujan di wilayah selatan pada sore hari.
Sementara pada 28 Oktober 2025, cuaca secara umum berawan tebal hingga hujan ringan sejak pagi hingga sore.
Data dari alat pengamatan cuaca otomatis (AWS) Sukamandi menunjukkan angin bertiup dominan dari timur-selatan dengan kecepatan maksimum 26,1 km/jam pada 27 Oktober, dan 13,3 km/jam pada 28 Oktober.

