Ragam

Peran Pustakawan Sangat Krusial Namun Kesejahteraan Masih Terabaikan

×

Peran Pustakawan Sangat Krusial Namun Kesejahteraan Masih Terabaikan

Sebarkan artikel ini

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Pustakawan merupakan garda terdepan gerakan literasi nasional dan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Namun, peran penting mereka masih berbanding terbalik dengan tingkat kesejahteraan dan perhatian pemerintah yang minim.

Idealnya, setiap sekolah, daerah, dan lembaga memiliki perpustakaan yang dikelola oleh pustakawan profesional. Pustakawan tidak hanya bertugas menjaga buku, tetapi juga menjadi agen perubahan, penggerak kegiatan literasi, dan penyaring informasi di tengah banjir data era digital. Mereka berperan penting mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan informasi yang valid kepada masyarakat.

Namun kenyataannya, jumlah pustakawan di Indonesia masih sangat terbatas. Data menunjukkan hanya ada 21.178 pustakawan, dengan 5.780 di antaranya memiliki sertifikasi. Rasio pustakawan terhadap jumlah perpustakaan pun timpang, yakni satu pustakawan harus menangani 38 perpustakaan. Pertumbuhan jumlah pustakawan per tahun (10,7 persen) juga kalah cepat dibandingkan pertumbuhan perpustakaan (11,2 persen).

Tak hanya jumlah yang terbatas, tingkat kesejahteraan pustakawan juga menjadi sorotan. Survei daring yang dilakukan oleh Harian Kompas menemukan rata-rata gaji pustakawan masih di bawah standar, bahkan banyak yang berada di bawah upah minimum regional karena status mereka honorer. Kondisi ini membuat pustakawan kesulitan berfokus pada tugas utama dan memaksa sebagian mencari penghasilan tambahan atau berpindah profesi.

Minimnya perhatian ini berimbas pada fungsi perpustakaan yang sering kali hanya menjadi tempat penyimpanan buku, jarang dikunjungi, dan kurang berperan sebagai pusat literasi.

Di tengah upaya mencerdaskan bangsa melalui gerakan literasi, para pakar menilai sudah saatnya pemerintah memperbaiki sistem dan memberikan keberpihakan kepada pustakawan. Solusi mendesak antara lain merekrut lebih banyak pustakawan, meningkatkan kompetensi, serta menyediakan jenjang karier dan tunjangan sertifikasi setara dengan guru.

Keberadaan pustakawan yang kompeten dan sejahtera diyakini menjadi kunci penting bagi keberhasilan visi Indonesia Emas 2045.