Dalam menulis artikel jurnal, ia mengibaratkan seperti sanad dalam hadis dimana kita harus merujuk pada berbagai penelitian sebelumnya, dan dari situ kita berkontribusi pada tubuh penelitian para bidang tersebut. Komisioner Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) tersebut juga menjelaskan tentang pentingnya sinergi dan kolaborasi Universitas Darunnajah dengan berbagai institusi lainnya di dalam dan luar negeri.
Pembicara kedua, Dosen Antropologi Universitas Khairun, Ternate, Yanuardi Syukur menjelaskan empat hal, dimulai dari krisis multidimensi atau polikrisis global yang melanda dunia, merujuk pada rilis World Economic Forum (WEF) awal 2023 seperti perang, krisis ekonomi, kemiskinan, dan lain sebagainya.
Krisis tersebut menurutnya berpengaruh tidak hanya pada dunia tapi juga untuk kita semua. Untuk itu ia berpandangan bahwa lulusan UDN harus bisa menjawab berbagai krisis yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Peneliti Senior Center for Strategic Policy Studies (CSPS) UI tersebut juga menjelaskan tentang pentingnya budaya ilmu sebagai basis dari kemajuan bangsa, seperti dari kota kecil Yunani yang sampai sekarang filosofnya disitasi oleh banyak orang. Ia juga mengusulkan perlunya riset interdisipliner antara 10 prodi UDN dengan para pihak seperti pemerintah, industri, dan masyarakat luas.
“Saya yakin universitas berbasis pesantren dan wakaf sangat prospektif, sebab berbagai kampus besar di dunia juga basisnya pada komunitas keagamaan dan wakaf,” lanjut pengurus Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI tersebut.
“Universitas Qarawiyyin di Fez, Maroko berawal dari masjid oleh seorang perempuan bernama Fatimah El Fihri pada abad ke-9, kemudian universitas lainnya seperti Al Azhar (abad ke-10), Universitas Oxford (abad ke-11) dan Universitas Paris (abad ke-12). Bahkan, Universitas Harvard juga awalnya dibangun oleh filantropis John Harvard,” tambah ayah 5 anak tersebut.
Pembicara selanjutnya, Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Septa Candra, SH, MH. yang berpandangan bahwa UDN perlu memiliki ciri khas yang membedakan dirinya dengan universitas Islam lain. Ia mengusulkan agar tridharma perguruan tinggi UDN dapat ditambahkan dengan dharma keempat yakni kepesantrenan.
Pakar hukum yang kerap menjadi narasumber di berbagai stasiun televisi tersebut juga mengusulkan agar UDN memiliki branding sebagai ‘entrepreneur university’, mengingat prodi kewirausahaan juga ada di dalamnya.
Pembicara terakhir adalah Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Jakarta Titi Farhana, Ph.D. Titi berfokus pada tiga hal penting yang perlu seiring dan seirama dalam manajemen universitas, yakni ilmu, uang dan teknologi.
Titi mencotohkan bagaimana kampus di Singapura seperti Asia Research Institute (ARI) di kampus National University of Singapore, Nanyang Technological University (NTU) dan ISEAS–Yusof Ishak Institute, sebuah lembaga penelitian di bawah Kementerian Pendidikan di Singapura berkembang begitu pesat.
“Kita perlu belajar dari mereka untuk pengembangan Universitas Darunnajah,” lanjut lulusan SD, MTs, dan Aliyah di Darunnajah tersebut.
