Ragam

Sedang Tren di Medsos, Picky Eater dan Dampaknya Bagi Kesehatan

×

Sedang Tren di Medsos, Picky Eater dan Dampaknya Bagi Kesehatan

Sebarkan artikel ini

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Belakangan ini, media sosial TikTok tengah diramaikan oleh tren bertajuk “seberapa picky eater aku”.

Dalam tren ini, para pengguna membagikan daftar makanan yang tidak bisa mereka konsumsi, lengkap dengan alasan pribadi yang beragam seperti aroma yang dianggap tidak sedap, rasa yang tidak enak, hingga bentuk makanan yang dianggap kurang menarik.

Perilaku ini dikenal sebagai picky eater, yaitu kebiasaan memilih-milih makanan yang ternyata tidak hanya terjadi pada anak-anak, tetapi juga cukup umum pada kalangan remaja dan orang dewasa.

Apa Itu Picky Eater?

Picky eater adalah perilaku makan di mana seseorang sangat selektif terhadap jenis makanan yang dikonsumsi. Mereka cenderung membatasi konsumsi makanan tertentu, khususnya sayur-sayuran dan sumber serat lainnya, sehingga dapat berdampak pada kualitas gizi dan kesehatan secara keseluruhan.

Meski umum terjadi pada masa kanak-kanak, perilaku ini seharusnya berkurang seiring pertumbuhan dan perkembangan individu. Namun, menurut Journal of Nutrition Education and Behavior (2021), sebanyak 39% dari 488 mahasiswa yang diteliti menunjukkan kecenderungan sebagai picky eater. Menariknya, penelitian tersebut juga menemukan keterkaitan antara picky eater dan gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder).

Penyebab Picky Eater

Melansir laman Within Health, ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi picky eater, baik dari sisi biologis, psikologis, hingga pengaruh lingkungan. Berikut beberapa di antaranya:

1. Faktor Biologis

Pada usia dua tahun, pertumbuhan anak mulai melambat setelah mengalami percepatan pasca kelahiran. Perubahan ini sering disertai dengan penurunan nafsu makan yang membuat anak menjadi lebih selektif terhadap makanan. Nafsu makan yang tidak konsisten ini merupakan bagian dari perkembangan normal anak.

2. Perkembangan Psikologis

Anak-anak prasekolah biasanya mulai menunjukkan preferensi kuat terhadap makanan tertentu. Ini merupakan bagian dari upaya mereka untuk mengembangkan kemandirian dan menguji batasan. Meskipun perilaku ini biasanya bersifat sementara, pada sebagian individu bisa bertahan hingga dewasa.

3. Pengalaman Negatif

Pengalaman tidak menyenangkan terhadap makanan tertentu — seperti rasa tidak enak, alergi, atau gangguan pencernaan — dapat menciptakan persepsi negatif yang bertahan lama. Akibatnya, seseorang menjadi enggan mencoba kembali makanan tersebut di kemudian hari.

4. Pengaruh Pola Makan Keluarga

Anak-anak cenderung meniru kebiasaan makan orang tuanya. Jika orang tua sangat selektif dalam makan atau menjadikan makanan sebagai alat kontrol perilaku, anak dapat meniru pola tersebut dan mengembangkan perilaku picky eater.

Dampak Picky Eater bagi Kesehatan

Kebiasaan pilih-pilih makanan dapat berdampak pada asupan nutrisi yang tidak seimbang. Picky eater biasanya kekurangan asupan serat, vitamin, dan mineral penting yang dibutuhkan tubuh. Jika dibiarkan, hal ini bisa berujung pada penurunan kualitas hidup, masalah pencernaan, hingga gangguan perkembangan, khususnya pada anak-anak.

Selain itu, perilaku ini juga bisa berdampak pada kesehatan mental. Seperti ditunjukkan dalam penelitian, picky eater berisiko lebih tinggi mengalami kecemasan sosial, terutama jika perilaku makan mereka menjadi bahan perhatian atau tekanan sosial

Fenomena picky eater bukan sekadar tren di media sosial, tetapi merupakan isu kesehatan yang perlu diperhatikan. Penting bagi orang tua dan masyarakat untuk memahami penyebab dan dampak dari perilaku ini, serta mendorong kebiasaan makan sehat sejak dini. Dengan pendekatan yang tepat — baik melalui edukasi, pemodelan perilaku yang sehat, maupun intervensi psikologis jika diperlukan — picky eating bisa diminimalkan, sehingga asupan gizi tetap optimal sepanjang usia.