Ragam  

Siswa SMPN 5 Subang Diisukan Dikeluarkan Setelah Berantem, Kepsek Bantah: Hanya Miskomunikasi

SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Sebuah video yang beredar di media sosial memicu perhatian publik setelah seorang siswa SMP Negeri di Subang Kota dikeluarkan dari sekolah usai terlibat perkelahian dengan rekannya.

Dalam video yang beredar, keluarga siswa bernama Pandu menjelaskan kronologi awal kejadian. Menurutnya, perkelahian itu terjadi setelah DI dilempar penghapus oleh rekannya saat berada di sekolah. Aksi saling dorong berujung pada perkelahian hingga menyebabkan memar.

“Kejadiannya hari Jumat. Tapi pihak sekolah nggak manggil saya sebagai orang tua atau wali pas kejadian. Kenapa orang tua si korban malah sudah datang hari Jumat ke sekolah?” ujar Pandu dengan nada heran.

Pandu mengaku sudah dua kali mendatangi sekolah untuk meminta kebijakan agar adiknya tetap bisa bersekolah. Ia bahkan memohon diberikan kesempatan satu hingga dua bulan agar DI dapat kembali belajar seperti biasa.

“Saya ke sekolah dua kali. Yang kedua itu saya memohon kasih kesempatan satu bulan, dua bulan untuk adik saya sekolah lagi di SMP 5. Katanya sudah berkomitmen dengan kepala sekolah dan kesiswaan, tapi tetap saja adik saya nggak diterima,” ungkapnya.

Kekecewaan Pandu pun memuncak karena menurutnya pihak sekolah tidak memberikan ruang penyelesaian yang adil bagi keluarganya.

Kepala sekolah, Hoerodin, menegaskan bahwa tidak ada siswa yang dikeluarkan, dan persoalan tersebut hanya akibat kesalahpahaman komunikasi antara pihak sekolah dan keluarga siswa. Hoerodin, membantah keras adanya kebijakan pengeluaran siswa.

“Ya tadi itu miskomunikasi saja. Setelah saya bertemu dengan orang tua, ternyata terjadi salah-salah itulah ya. Jadi ini miskomunikasi aja pokoknya,” kata Hoerodin.

Ia menegaskan, tidak pernah ada istilah mengeluarkan siswa dari sekolah. Menurutnya, tindakan yang diberikan hanyalah skors sebagai bentuk peringatan.

“Tidak ada istilah dikeluarkan. Tidak pernah ada kalimat mengeluarkan. Yang tadi itu boleh dikatakan skors, bolehlah kita untuk peringatan,” ujarnya.

Hoerodin menyampaikan bahwa pihak sekolah sudah melakukan perundingan dengan pihak terkait. Ia memastikan bahwa pada Senin mendatang, DI sudah boleh masuk sekolah.

“Diskor satu bulan, tapi sekarang sudah boleh masuk lagi, Pak,” tuturnya.

Kepala sekolah juga menegaskan bahwa prinsip utama sekolah adalah mendukung program pemerintah agar semua anak tetap bersekolah.

“Insya Allah saya sudah menerima, sudah berlapang dada siap menerima. Apalagi tadi ya, kami mendukung program pemerintah, anak tidak sekolah kan harus sekolah, ya biar kita 9 tahun. Anak sudah siap dan bersemangat lagi untuk belajar,” kata Hoerodin.

Dengan klarifikasi ini, pihak sekolah berharap polemik yang berkembang di media sosial dapat mereda dan siswa dapat kembali fokus pada proses belajar.