Ragam  

2023 Ditetapkan sebagai Tahun Paling Panas, Suhu Bumi Meningkat Drastis

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Kondisi Bumi semakin mengkhawatirkan seiring dengan berlanjutnya waktu. Suhu Bumi terus meningkat, yang sebagian besar disebabkan oleh perkembangan industri sejak masa pra-industri pada tahun 1850-an.

Dampaknya bukan hanya sekadar isu lingkungan, tetapi telah merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari kita.

Pernyataan ini disampaikan oleh Clorinda Kurnia Wibowo, Senior Manager Energy and Sustainable Business World Resources Institute (WRI) Indonesia, dalam sebuah talkshow di Jakarta Barat.

Menurutnya, efek pemanasan global sudah terasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti peningkatan suhu udara, permukaan laut yang naik, kehilangan keanekaragaman hayati, hingga masalah serius seperti polusi udara yang kini menjadi perhatian utama di Jakarta.

“Kita sudah merasakan dampak iklim yang terjadi. Kalau dilihat sehari-hari, kita merasakan suhu lebih panas, mungkin AC lebih sering dinyalakan, banjir terjadi tiba-tiba, hujan yang seharusnya menjadi kuota satu minggu terjadi dalam satu hari, sehingga banjir merata,” ungkap Clorinda.

Ia melanjutkan dengan menyebutkan bahwa perubahan iklim menyebabkan dampak yang kompleks, seperti udara yang semakin panas, permukaan laut yang terus naik, kehilangan berbagai jenis kehidupan, hingga permasalahan serius seperti polusi udara yang kini menjadi perbincangan hangat.

Contohnya adalah sektor pangan yang menjadi perhatian serius di Indonesia. Beberapa waktu lalu, daerah Timur Indonesia dilanda bencana kelaparan karena kekeringan yang menyebabkan lahan pertanian menjadi tidak subur, mengakibatkan berkurangnya produksi pangan.

“Jadi lahan-lahan pertanian menjadi semakin sempit. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya produksi pangan, yang pada gilirannya memicu masalah kesehatan, kematian, dan konflik sosial lainnya yang akhirnya mempengaruhi manusia secara langsung. Jadi, dampaknya sungguh banyak,” tambahnya.

Clorinda juga mengungkapkan bahwa tahun 2023 dideklarasikan sebagai tahun paling panas. Menurutnya, kita seharusnya membatasi kenaikan suhu bumi menjadi 1,5 derajat Celsius dari level pra-industri.

Saat ini, suhu Bumi sudah meningkat sekitar 1,1 derajat Celsius, meninggalkan hanya 0,4 derajat Celsius lagi sebelum mencapai batas tersebut.

Sebagai negara, Indonesia sendiri telah memiliki komitmen untuk mengatasi perubahan iklim dengan target reduksi emisi sebesar 31,89 persen pada tahun 2030 dan target net zero pada tahun 2060.

Clorinda menekankan peran penting industri dalam mengatasi masalah ini. Sektor industri, yang menyumbang sekitar 74,5 persen emisi, memiliki tanggung jawab besar dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu contoh tanggung jawab industri terhadap lingkungan adalah Mowilex, yang berhasil meraih sertifikasi CarbonNeutral secara beruntun selama lima tahun.

Mereka fokus pada dua pilar utama, yaitu menghasilkan produk berkualitas dan memproduksinya dengan cara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Kondisi Bumi yang semakin memanas memang memerlukan upaya bersama dari semua pihak, baik individu maupun perusahaan, untuk menjaga keberlanjutan dan keseimbangan lingkungan hidup.