SUBANG, TINTAHIJAU.COM – Kepala SMA PGRI 1 Subang, Asep Kahlan, menyambut baik program Gubernur Jawa Barat yang menyasar anak-anak putus sekolah, termasuk dari kelompok miskin ekstrem, yatim piatu, korban bencana, dan dalam pengawasan Dinas Sosial.
Menurut Asep, semangat dari program tersebut adalah menyelamatkan generasi muda agar tetap bisa mengenyam pendidikan, dan hal itu patut mendapat dukungan dari semua pihak.
“Semangat Gubernur itu luar biasa, menyelamatkan anak-anak agar tidak putus sekolah. Dan kami, sangat mendukungnya,” ujar Asep, Selasa (16/7/2025).
Sebagai bentuk dukungan, pada Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran ini, SMAKOT membebaskan seluruh biaya masuk bagi anak-anak yatim piatu, bahkan untuk tiga tahun penuh.
Tidak hanya itu, sekolah juga menerapkan kebijakan ramah siswa, seperti tanpa uang pendaftaran, tanpa uang bangunan, tanpa tes seleksi, dan tanpa sistem zonasi. Namun, siswa tetap dikenakan biaya SPP sebesar Rp250.000 per bulan.
Asep mengakui, program dari pemerintah memang berdampak pada proses penerimaan siswa baru, khususnya di sekolah swasta. Namun pihaknya telah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi dampak tersebut, salah satunya dengan sistem jemput bola.
“Kami buka lapak pendaftaran di tempat-tempat keramaian untuk menjangkau calon siswa. Selain itu, kami juga intens membangun komunikasi dengan komite sekolah dan pihak lain terkait pembiayaan masuk,” jelasnya.
Dari total 205 pendaftar pada SPMB tahun ini, tercatat 21 orang mencabut berkas dan 9 orang mengundurkan diri. Sementara yang melanjutkan proses dan resmi terdaftar sebanyak 175 siswa. Sebagai perbandingan, pada tahun lalu jumlah siswa baru mencapai 216 orang.
“Yang terpenting, kita prioritaskan menyelamatkan anak-anak dulu. Jangan sampai mereka tidak melanjutkan sekolah hanya karena alasan biaya atau akses,” tegas Asep.





