Ragam  

Transformasi Masjid Al-Ikhlas: Dari Bangunan Terbengkalai Jadi Ikon Religius

Di tepi jalan utama Kelurahan Lampuko, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, berdiri megah Masjid Al-Ikhlas. Dengan arsitektur kontemporer bernuansa hijau mint dan atap asimetris yang dinamis, masjid ini tak hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga ikon baru kebanggaan masyarakat setempat.

Masjid ini dulunya merupakan proyek yang mangkrak selama bertahun-tahun. “Sekitar 7–8 tahun pembangunan terhenti. Bangunannya hanya setinggi satu meter dan tidak presisi, ada selisih sekitar 45 derajat antara depan dan belakang,” kenang Laode Asri Aziz, pengurus Masjid Al-Ikhlas.

Titik balik terjadi pada akhir 2019. Asri mengunggah video kerja bakti pembangunan masjid dan mengirimkannya ke Wimba Prambada, Presiden Komisaris PT Tambang Meranti Mulia Sejahtera (TMMS). Responnya cepat dan positif.

“Dia langsung jawab, ‘Insya Allah, Pak Haji, kita bantu’,” ujar Asri.

Pada awal 2020, tim TMMS melakukan survei dan menyimpulkan bahwa bangunan lama sebaiknya dibongkar dan dibangun ulang secara total. Walau sempat muncul kekhawatiran di masyarakat, komitmen kuat dari TMMS membuat proses berjalan lancar.

Pembangunan rampung dalam waktu sekitar satu tahun. Masjid Al-Ikhlas diresmikan oleh Bupati Konawe Selatan, Surunuddin Dangga, pada 18 Agustus 2024. Bangunan dua lantai berukuran 25 x 25 meter ini tampil mencolok dengan warna hijau mint, ornamen putih, dan atap abu-abu metalik.

Menara pipih bertuliskan kaligrafi “Allah” dan panel depan berwarna oranye bertuliskan “MASJID AL-IKHLAS” menambah kesan megah. Pola geometris khas Islam di bagian bawah bangunan memberikan sentuhan estetis yang kontras dan menarik.

“Orang-orang yang lewat selalu bilang masjid ini lain dari yang lain, gagah,” kata Asri bangga.

Kehadiran Masjid Al-Ikhlas membawa dampak positif bagi masyarakat. Masjid ini kini menjadi tempat persinggahan para musafir dan jamaah dari berbagai daerah, baik untuk beribadah maupun sekadar beristirahat. Fasilitas yang bersih dan nyaman, termasuk kamar mandi dan toilet, membuat pengunjung betah.

Selama bulan Ramadan, masjid ini menjadi pusat aktivitas keagamaan. Setiap malam diadakan tarawih berjamaah serta takjil yang dibagikan secara gotong royong.

“Hari pertama pengurus yang tanggung jawab, hari-hari berikutnya masyarakat bergiliran,” jelas Asri.

Masjid ini juga mulai menarik pengunjung sebagai destinasi wisata religi. “Yang paling berkesan, Moramo sekarang dikenal karena masjid ini,” tambahnya.

Wimba Prambada menegaskan bahwa pembangunan Masjid Al-Ikhlas merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang nyata.

“Ini bukan pencapaian TMMS, tapi hasil kolaborasi dengan masyarakat Moramo. Kesuksesan ini milik kita bersama,” tegasnya.

Direktur TMMS, Herryan Syahputra, menyebut proyek ini sebagai bagian dari strategi perusahaan dalam membangun infrastruktur yang berdampak jangka panjang bagi masyarakat, termasuk di bidang pendidikan dan pengembangan bakat.

PT TMMS sendiri merupakan perusahaan nasional yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan dan penyewaan alat berat, dengan wilayah operasional di Konawe Selatan.

Meski pembangunan masjid telah selesai, Asri mengakui masih banyak hal yang ingin ia kembangkan. Salah satunya, menghadirkan imam dari luar daerah untuk mengisi kegiatan selama Ramadan mendatang.

Ia juga ingin menghidupkan kembali program-program keagamaan untuk anak-anak, seperti mengaji dan lomba hafalan surat pendek.

“Kalau ada yang membimbing, Insya Allah akan kami jalankan demi kebaikan,” ujarnya.

Masjid Al-Ikhlas telah membuktikan bahwa kolaborasi antara masyarakat dan dunia usaha bisa menghadirkan perubahan nyata. Dari bangunan terbengkalai, kini menjadi ikon religius Sulawesi Tenggara yang membanggakan.