JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, dr. Erwin Christianto, M.Gizi, Sp.GK, mengingatkan masyarakat agar mewaspadai kebiasaan makan dan camilan yang terlalu berdekatan. Pola ini dapat memicu penumpukan lemak di bawah perut atau lemak viseral yang berbahaya bagi kesehatan.
“Sekarang makan, setengah jam lagi jalan, ketemu jajan, makan. Jadi, waktu makan dengan jajan yang terlalu dekat, itu akan menyebabkan penumpukan terutama lemak viseral,” ujar Erwin dalam diskusi media mengenai obesitas di Jakarta, Sabtu (23/8).
Menurut Erwin, penumpukan lemak tubuh dapat terjadi di dua lokasi, yakni di bawah kulit dan di sekitar organ tubuh. Lemak di bawah kulit umumnya lunak dan bisa dicubit, sedangkan lemak viseral yang terdapat di area perut lebih keras serta sulit dicubit.
Risiko Obesitas Sentral
Lemak viseral atau obesitas sentral dianggap lebih berbahaya karena dapat memicu berbagai penyakit, termasuk resistensi insulin yang berhubungan dengan diabetes.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi obesitas sentral pada penduduk usia 15 tahun ke atas mencapai 36,8 persen secara nasional. Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga masyarakat mengalami lingkar perut melebihi batas normal.
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PP PDGKI) menambahkan, meningkatnya ketersediaan makanan kemasan dengan kalori tinggi semakin memperbesar risiko penumpukan lemak di bawah perut.
Pola Makan Seimbang
Untuk mencegah hal tersebut, Erwin menyarankan masyarakat agar mengatur pola makan tiga kali sehari, yakni pagi, siang, dan malam dengan menu seimbang terdiri atas karbohidrat, protein, sayur, dan buah dalam satu piring.
Ia juga menepis anggapan bahwa buah harus selalu dikonsumsi sebelum makanan utama. “Makanan akan dicerna dengan cara berbeda, jadi tidak ada perbedaan signifikan mana yang dikonsumsi lebih dulu,” jelasnya.
Selain itu, jeda antara makanan utama dan camilan sebaiknya berkisar dua hingga tiga jam. Namun, porsi camilan juga harus diperhatikan. “Kalau sekali makan satu bungkus, ya sama saja,” ujarnya mengingatkan.
Peran Stres dalam Obesitas
Lebih lanjut, Erwin menekankan pentingnya mengelola stres. Kondisi psikologis yang tidak stabil dapat memengaruhi hormon tubuh, menyebabkan gangguan tidur, dan akhirnya memperburuk risiko obesitas.






