SUBANG, TINTAHIJAU.com – Vaping atau merokok vape, yang merupakan kegiatan merokok dengan menggunakan rokok elektrik, telah menjadi fenomena yang umum di kalangan remaja. Meskipun dianggap sebagai alternatif yang lebih aman daripada merokok konvensional, risiko kesehatan dari penggunaan rokok elektrik ini tidak bisa diabaikan begitu saja.
Sebuah penelitian terbaru yang dilaporkan oleh Medical Daily dikutip Sabtu (04/5/2024) memperingatkan bahwa remaja yang sering menggunakan vape mungkin terpapar logam berbahaya seperti timbal dan uranium, yang memiliki potensi merugikan bagi perkembangan otak dan organ.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Tobacco Control merekomendasikan perlunya penerapan peraturan dan inisiatif pencegahan yang ditujukan secara khusus pada remaja guna mengatasi masalah ini.
Menurut data yang dikutip, penggunaan vape telah menjadi kebiasaan yang lumrah di kalangan remaja. Sekitar 14 persen siswa sekolah menengah atas di Amerika Serikat dan lebih dari tiga persen siswa sekolah menengah melaporkan penggunaan vape dalam bulan terakhir pada tahun 2022.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa logam berbahaya tertentu dapat ditemukan dalam aerosol dan cairan rokok elektrik, yang sangat berisiko bagi perkembangan pada tahap remaja. Dampaknya bisa mencakup gangguan kognitif, masalah perilaku, masalah pernapasan, hingga penyakit serius seperti kanker dan penyakit jantung.
Dalam penelitian terbaru ini, para peneliti menguji apakah frekuensi dan jenis rasa vape berkaitan dengan kadar logam berpotensi beracun. Mereka menganalisis data dari 1.607 remaja berusia 13 hingga 17 tahun dari PATH Youth Study Gelombang 5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna vape yang sering kali atau secara intermiten memiliki kadar logam berbahaya yang lebih tinggi dalam urine mereka, dibandingkan dengan pengguna vape sesekali. Timbal dan uranium, dua logam berbahaya yang menjadi perhatian utama, ditemukan dalam kadar yang lebih tinggi pada pengguna vape rutin.
Selain itu, perbedaan dalam jenis rasa vape juga memengaruhi kadar logam yang ditemukan. Pengguna vape yang lebih menyukai rasa manis cenderung memiliki kadar uranium yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memilih rasa mentol atau mint.
Meskipun demikian, penelitian ini memiliki batasan karena bersifat observasional. Kesimpulan pasti mengenai hubungan antara frekuensi atau jenis rasa vaping dengan kadar logam beracun tidak dapat dibuat secara langsung. Selain itu, tingkat logam berbahaya dalam vape dapat bervariasi tergantung pada merek dan jenis perangkat yang digunakan.
Dengan demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan rokok elektrik pada masa remaja dapat meningkatkan risiko paparan logam berbahaya, yang dapat memiliki dampak buruk pada perkembangan otak dan organ.
Temuan ini menekankan perlunya penelitian lebih lanjut, regulasi yang lebih ketat terkait penggunaan vape, serta intervensi kesehatan masyarakat yang ditargetkan untuk mengurangi potensi bahaya penggunaan rokok elektrik, terutama di kalangan remaja.