JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Penggunaan robot industri semakin menjadi tolok ukur kemajuan produksi suatu negara. Menurut laporan terbaru Federasi Robotika Internasional (IFR) yang dirilis minggu ini, saat ini terdapat lebih dari 4,6 juta robot industri yang aktif beroperasi di seluruh dunia. Menariknya, hampir setengah dari jumlah tersebut—sekitar 2 juta unit atau 43%—berada di China.
Capaian ini menempatkan China sebagai pemimpin global dalam adopsi robot industri, jauh melampaui negara-negara lain. Sepanjang tahun 2024, China tercatat menambah lebih dari 295.000 unit robot industri, meningkat 7% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebaliknya, beberapa negara industri besar mengalami penurunan dalam pemasangan robot. Jepang, yang menempati posisi kedua, mengalami penurunan sebesar 4%. Amerika Serikat bahkan lebih tajam, yakni -9%, diikuti oleh Korea Selatan (-3%) dan Jerman (-5%).
Satu-satunya negara lain yang mencatat pertumbuhan signifikan adalah Taiwan, yang mencatat lonjakan 33% dalam pemasangan robot industri, meskipun jumlah peningkatan tersebut hanya mencapai 56.000 unit dibandingkan tahun 2023.
IFR mencatat bahwa sektor industri medis menjadi salah satu penyumbang permintaan terbesar untuk teknologi robotik. Robot kini banyak digunakan dalam prosedur bedah, rehabilitasi pasien, hingga analisis di laboratorium. Sementara itu, robot humanoid masih dalam tahap pengujian dan belum menunjukkan manfaat signifikan di dunia nyata. Teknologi ini saat ini lebih difokuskan untuk pengumpulan data dan riset guna mendukung pengembangan robot generasi berikutnya.
Laporan ini menggarisbawahi pentingnya investasi jangka panjang dalam teknologi robotika sebagai kunci keunggulan daya saing industri global. Dengan tren saat ini, posisi dominan China dalam industri robotik diprediksi akan terus menguat di tahun-tahun mendatang.




