Menuju Indonesia Merdeka Sinyal Internet dan Era Digital yang Inklusif

Internet di Ponsel

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Internet, sebuah kata magis yang telah mengubah cara hidup masyarakat di seluruh dunia, khususnya di era digital saat ini. Di tengah gemerlap teknologi, Indonesia, sebagai negara besar, masih berjuang untuk merdeka dari kendala sinyal internet yang belum merata.

Raksasa teknologi seperti Google dan Gojek adalah contoh nyata dampak positif internet dalam dunia bisnis. Google, lahir dari ide Larry Page dan Sergey Brin dalam sebuah garasi kecil, sedangkan Gojek, sebuah startup decacorn satu-satunya dari Indonesia, menunjukkan bagaimana pemanfaatan internet dapat menciptakan kesuksesan.

Penetrasi Internet di Indonesia

Kebutuhan akan akses internet di Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2022-2023, sekitar 215.626.156 jiwa dari total populasi 275.773.901 jiwa telah terkoneksi internet, mencapai penetrasi sebesar 78,19%. Meskipun pertumbuhannya tidak signifikan, tren ini menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Pertumbuhan pengguna internet Indonesia dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan.
Pertumbuhan pengguna internet Indonesia dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan. Foto: Indonesiabaik.id

Potensi Ekonomi Digital

Laporan e-Conomy SEA yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Company memperlihatkan bahwa ekonomi internet Indonesia diperkirakan bernilai USD 44 miliar pada tahun 2020 dan diperkirakan mencapai USD 124 miliar pada 2025. Sektor e-Commerce menjadi pendorong utama, diperkirakan tumbuh 54% menjadi USD 32 miliar pada 2020.

Meskipun sektor perjalanan dan transportasi terhambat oleh pandemi, laporan tersebut memproyeksikan pemulihan hingga 2025. Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf, menyatakan bahwa sektor e-commerce dan media online menjadi pionir pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.

Kesenjangan Digital

Namun, mimpi indah menuju ekonomi digital yang berkembang pesat tidak dapat terwujud sepenuhnya jika infrastruktur telekomunikasi tidak merata. Indonesia masih menghadapi kesenjangan digital yang signifikan, terutama di wilayah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T).

Laporan Statistik Telekomunikasi 2022 menunjukkan bahwa sinyal telepon seluler belum merata di seluruh Indonesia. Dari 84.096 desa/kelurahan, hanya 39.062 desa/kelurahan yang memiliki menara BTS, dan sebagian dari mereka masih menerima sinyal lemah atau bahkan tidak mendapatkan sinyal telepon seluler sama sekali.

Proporsi Desa/Kelurahan yang Mendapatkan Sinyal Telepon Seluler menurut Pulau dan Kekuatan Penerimaan Sinyal 2020 dan 2021
Proporsi Desa/Kelurahan yang Mendapatkan Sinyal Telepon Seluler menurut Pulau dan Kekuatan Penerimaan Sinyal 2020 dan 2021 Foto: BPS

Infrastruktur Telekomunikasi di 3T

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berupaya mengatasi kesenjangan ini dengan berbagai proyek infrastruktur. Proyek Palapa Ring, yang menghubungkan 90 kabupaten/kota di seluruh Indonesia dengan kabel serat optik sepanjang 12.148 kilometer, adalah salah satu upaya untuk menyediakan internet merata.

BTS 4G dan Satelit Republik Indonesia (Satria-1) juga menjadi bagian dari solusi ini. Satria-1, yang dijadwalkan beroperasi pada akhir Desember 2023, akan melayani 37 ribu fasilitas layanan publik di 3T. Selain itu, proyek Palapa Ring Integrasi akan menyatukan infrastruktur Palapa Ring untuk meningkatkan utilitas dan resiliensinya.

Palapa Ring adalah proyek jaringan untuk mendukung penyediaan internet murah dan sinyal merata
Palapa Ring adalah proyek jaringan untuk mendukung penyediaan internet murah dan sinyal merata Foto: Shutterstock

Literasi Digital sebagai Langkah Penting

Pembangunan infrastruktur telekomunikasi di 3T bukanlah akhir dari perjalanan. Literasi digital menjadi langkah selanjutnya yang krusial. Masyarakat di daerah 3T perlu memahami dan mengadopsi teknologi internet dengan baik agar dapat merasakan manfaatnya secara maksimal.

Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kominfo, Fadhilah Mathar, menekankan pentingnya literasi digital. Ia mencontohkan bagaimana literasi digital dapat membantu masyarakat di daerah 3T memahami perpindahan teknologi dari 2G ke 4G.

Transformasi Digital untuk Pertumbuhan Ekonomi

Transformasi digital di desa-desa memiliki potensi pertumbuhan ekonomi lima kali lebih besar dibandingkan dengan perkotaan. Dengan adanya internet merata dan literasi digital yang kuat, masyarakat di pedesaan dapat menjadi pelaku ekonomi yang mendorong pertumbuhan nasional.

Bakti Kominfo berkomitmen untuk terus mempercepat transformasi digital di desa-desa, dengan harapan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Transformasi digital diharapkan dapat memberikan dampak positif hingga 1% dari CAGR pertumbuhan ekonomi.

Mengakhiri kesenjangan sinyal internet dan mendorong literasi digital adalah langkah awal menuju Indonesia yang merdeka secara digital. Semoga infrastruktur yang terus berkembang dan kesadaran akan pentingnya literasi digital dapat membawa Indonesia menuju era digital yang inklusif dan berkelanjutan.

Sumber: detikINET

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini