Teknologi

NASA Temukan Bintik Besar Pada Matahari, Bagaimana Dampaknya Terhadap Bumi

×

NASA Temukan Bintik Besar Pada Matahari, Bagaimana Dampaknya Terhadap Bumi

Sebarkan artikel ini

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Bintik Matahari, fenomena alam yang telah lama menjadi pusat perhatian para peneliti astronomi, baru-baru ini kembali mencuri perhatian dengan adanya penemuan bintik Matahari berukuran besar oleh Solar Dynamics Observatory (SDO) NASA. Bintik ini, tampak seperti lubang dalam, memunculkan pertanyaan seputar potensi dampaknya terhadap Bumi.

Bintik Matahari tersebut muncul sebagai hasil dari aktivitas magnetis yang mempengaruhi konveksi panas Matahari. Sebagai informasi, konveksi panas adalah proses perpindahan panas dalam bintang yang terjadi melalui pergerakan massa gas panas. Lubang koronal besar yang dihasilkan dari aktivitas ini, pada gilirannya, dapat menyebabkan aliran angin Matahari berkecepatan tinggi.

Namun, meskipun bintik Matahari besar ini dapat menciptakan badai geomagnetik di Bumi, para ilmuwan meyakinkan bahwa kekhawatiran yang besar tidak perlu timbul. Menurut Space Weather Prediction Center, badai geomagnetik yang diperkirakan terjadi antara tanggal 4 hingga 5 Desember 2023 akan berada pada skala G1 dan G2.

Skala G1 (minor) dan G2 (moderate) menandakan gangguan yang relatif lemah pada jaringan listrik dan perangkat lainnya. Pada skala G1, gangguan cenderung minimal, sementara pada skala G2, koreksi kecil pada trafo dan orientasi satelit mungkin terjadi.

Bintik Matahari sendiri merupakan fenomena yang terjadi dalam siklus Schwabe, sebuah siklus 11 tahunan yang mencatat peningkatan dan penurunan aktivitas bintik Matahari. Siklus ini, ditemukan oleh astronom Jerman Heinrich Schwabe pada abad ke-19, mengamati perubahan Matahari dari periode tenang menjadi fase solar maksimum dengan banyaknya bintik Matahari yang terlihat.

Ketika aktivitas Matahari mencapai titik maksimum, dengan banyak bintik Matahari terlihat, hal ini dapat menyebabkan penurunan suhu di lingkungan sekitarnya. Penurunan suhu ini dipicu oleh kuatnya medan magnet yang dihasilkan, menghambat aliran gas panas dari dalam Matahari ke permukaannya.

Lebih menarik lagi, peningkatan jumlah bintik Matahari membantu dalam memprediksi siklus Matahari. NOAA’s Space Weather Prediction Center (SWPC) mencatat bahwa aktivitas Matahari sedang meningkat dan diproyeksikan mencapai puncak maksimum dalam siklus berikutnya pada Januari hingga Oktober 2024.

Pengamatan terhadap formasi-formasi magnetik yang terbentuk pada garis lintang tertentu, yang dinamakan terminator siklus Hale, memberikan dasar bagi prediksi ini. Dengan semakin banyaknya data bintik Matahari, para ilmuwan berharap dapat membuat prediksi yang lebih akurat tentang siklus Matahari yang akan datang.

Dengan begitu, meskipun bintik Matahari seringkali memberikan pemandangan yang meresahkan, pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena ini membantu kita mengantisipasi dan memahami dampaknya terhadap Bumi dengan lebih baik.