OPINI: Fenomena TikTokers Beralih ke RedNote: Antara Tren dan Keakraban Budaya

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Ketika isu pelarangan TikTok di Amerika Serikat mencuat, para penggunanya tidak hanya meratapi kemungkinan kehilangan aplikasi video pendek favorit mereka. Sebaliknya, banyak dari mereka memilih untuk menjajal platform media sosial lain, salah satunya adalah RedNote, yang dikenal di Tiongkok dengan nama Xiaohongshu. Langkah ini tidak hanya menjadi pelarian, tetapi juga membuka peluang interaksi lintas budaya yang unik.

Mengenal RedNote: Dari Platform Belanja ke Media Sosial Populer

Diluncurkan pada tahun 2013 sebagai platform belanja, RedNote kini berkembang menjadi salah satu aplikasi media sosial paling populer di Tiongkok. Dengan fitur berbagi foto, video, hingga konten tulisan, RedNote menarik perhatian banyak pengguna baru dari luar negeri. Menurut laporan Reuters, lebih dari 700.000 pengguna bergabung dengan RedNote hanya dalam waktu dua hari, meskipun jumlah tersebut masih kecil dibandingkan 150 juta pengguna TikTok di Amerika Serikat pada awal 2023.

Nama Xiaohongshu, yang berarti “buku merah kecil”, memiliki sentuhan humor karena mengacu pada buku kutipan Mao Zedong, pendiri Tiongkok modern. Namun, para pengguna AS tampaknya bergabung ke RedNote bukan karena alasan serius, melainkan sebagai bentuk reaksi santai terhadap rencana pemerintah AS untuk melarang TikTok.

Keakraban Lintas Budaya di RedNote

Di tengah unggahan berbahasa Mandarin yang berisi video makanan menggugah selera, tren mode terkini, dan meme lokal, muncul konten dari para “pengungsi TikTok.” Banyak di antara mereka bercanda tentang kedatangan mendadak mereka di platform ini. Salah satu pengguna bahkan berkomentar tentang kemungkinan reaksi pengguna Tiongkok saat melihat lonjakan pengguna asal AS.

Uniknya, pengguna RedNote di Tiongkok menyambut pendatang baru dengan tangan terbuka. Beberapa dari mereka bahkan berbagi tips menggunakan aplikasi dan mengundang pengguna baru untuk menjelajahi budaya Tiongkok, terutama menjelang Tahun Baru Imlek. Ada pula yang menawarkan untuk mengajarkan bahasa Mandarin kepada komunitas baru mereka.

Sebaliknya, pengguna AS menunjukkan rasa ingin tahu terhadap kehidupan sehari-hari di Tiongkok. Seorang pengguna menulis, “Teman-teman Tiongkok, unggahlah foto makanan atau camilan kalian hari ini! Saya penasaran melihat apa yang biasa kalian makan.” Yang lain bertanya, “Kami orang Amerika. Apakah kalian menyukai kami? Kami tahu kalian bukan musuh. Bisakah kita menjadi teman?”

Akankah Tren Ini Bertahan Lama?

Fenomena ini, meskipun terasa hangat dan penuh keakraban, kemungkinan hanya akan bertahan sebentar. Tren di media sosial sering kali datang dan pergi, tergantikan oleh tren baru. Selain itu, jika popularitas RedNote terus meningkat di luar Tiongkok, ada kemungkinan platform ini menghadapi hambatan serupa seperti TikTok.

Namun, migrasi pengguna TikTok ke RedNote ini menunjukkan potensi unik media sosial sebagai jembatan budaya. Meski terjadi di tengah kontroversi politik, interaksi ini membuktikan bahwa persahabatan lintas budaya dapat tercipta melalui platform digital, bahkan dalam situasi yang tak terduga.

Sebagai penutup, apakah fenomena ini hanya akan menjadi tren sementara atau berkembang menjadi interaksi lintas budaya yang berkelanjutan, hanya waktu yang dapat menjawabnya. Yang pasti, semangat keterbukaan dan keingintahuan yang ditunjukkan para pengguna ini patut diapresiasi.

Subang, 16 Januari 2024

IG | X : @rosgani

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini