Wisata  

Bubur Suro: Sajian Tradisi Tahun Baru Islam di Jawa

SUBANG, TINTAHIJAU.com – Bubur Suro merupakan salah satu hidangan yang sering muncul saat perayaan Tahun Baru Islam, termasuk pada tahun ini, yaitu pada 1 Muharam 1446 Hijriah atau 2024 Masehi. Di Jawa, tradisi menyajikan Bubur Suro sudah berlangsung turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari peringatan 1 Sura atau Suro yang bertepatan dengan 1 Muharam.

Sejarah dan Filosofi Bubur Suro

Bubur Suro awalnya dihadirkan untuk memperingati hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Suro, yang diterbitkan oleh Sultan Agung. Kalender ini menggabungkan sistem penanggalan Islam atau Hijriah dengan sistem penanggalan Jawa. Menurut pemerhati budaya Jawa, Arie Novan, Bubur Suro adalah lambang rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah dan rezeki yang diterima.

Secara umum, Bubur Suro terbuat dari beras yang dimasak dengan berbagai bumbu dan rempah tradisional seperti santan, serai, dan daun salam, sehingga menghasilkan rasa yang lebih gurih dibandingkan bubur biasa. Penyajian Bubur Suro bervariasi di setiap daerah, dengan adanya bubur putih dan bubur merah sebagai ciri khas. Hidangan ini biasanya disajikan dengan kuah santan kuning, tahu, orek tempe atau teri, telur, dan kacang-kacangan.

Uniknya, Bubur Suro harus memiliki tujuh jenis kacang dalam satu piring, yang melambangkan tujuh hari dalam seminggu. Selain kacang-kacangan, suwiran jeruk Bali dan buah delima sering ditaburkan di atas bubur untuk menambah rasa asam yang unik.

Asal-usul Bubur Suro

Menurut beberapa sumber, Bubur Suro diciptakan untuk memperingati hari ketika Nabi Nuh selamat setelah 40 hari mengarungi banjir besar. Kisah ini tercantum dalam kitab-kitab kuno seperti Nihayatuz Zain karya Syekh Nawawi Banten, Nuzhalul Majelis karya Syekh Abdul Rahman Al-Usfuri, dan Jam’ul Fawaid karya Syekh Daud Fatani. Dikisahkan bahwa Nabi Nuh mengumpulkan bahan makanan sisa seperti kacang poi, kacang adas, ba’ruz, tepung, dan kacang hinthon, yang kemudian dimasak bersama.

Filosofi dan Makna Simbolis

Dalam buku “Perayaan 1 Suro Pulau Jawa” (2010) oleh Julie Indah Rini, dijelaskan bahwa bubur putih melambangkan kesucian jalan hidup, sementara bubur merah melambangkan keberanian. Kedelai hitam yang digoreng menunjukkan sifat mituhu atau setia dan selalu berbuat baik dengan menaati anjuran sesepuh. Telur ayam kampung yang diiris melambangkan kehidupan yang berkesinambungan dan bermasyarakat, sedangkan serundeng kelapa menggambarkan filosofi pohon kelapa yang pandai beradaptasi dan berguna bagi masyarakat.

Tujuh macam kacang yang terdiri dari kacang tanah, kacang mede, kacang hijau, kedelai, kacang merah, kacang tholo, dan kacang bogor melambangkan jumlah hari dalam seminggu. Bubur Suro juga dihidangkan dengan uba rampe atau pelengkap sesaji yang memiliki makna hidup yang lebih baik.

Resep Bubur Suro Khas Jawa Timur

Berikut resep Bubur Suro khas Jawa Timur yang dikutip dari Sajian Sedap:

Bahan:

  • 350 gram beras, cuci bersih
  • 2000 ml santan encer, dari sisa perasan santan
  • 500 ml santan kental, dari 1,5 butir kelapa
  • 2 ½ sendok teh garam
  • 6 lembar daun salam
  • 2 batang serai, memarkan

Bahan kuah:

  • 2 paha ayam atas bawah filet, potong kotak kecil
  • 2 lembar daun salam
  • 3 cm lengkuas, memarkan
  • 2 cm jahe, memarkan
  • 2 batang serai, memarkan
  • 4 sendok teh garam
  • ½ sendok teh merica bubuk
  • 4 sendok teh gula pasir
  • 1.500 ml santan, dari 1 butir kelapa
  • 2 sendok makan minyak, untuk menumis

Bumbu halus:

  • 6 butir kemiri, sangrai
  • 2 cm kunyit, bakar
  • 1 sendok teh ketumbar, sangrai
  • 10 butir bawang merah
  • 3 siung bawang putih
  • ½ sendok teh jintan

Bahan pelengkap:

  • Perkedel kentang
  • Tahu goreng
  • Kacang kedelai goreng
  • Kerupuk bawang
  • Bawang goreng, untuk taburan

Cara membuat:

  1. Siapkan wajan lalu rebus beras yang sudah dicuci bersih dengan santan encer hingga mendidih. Kecilkan api.
  2. Masukkan daun salam, garam, santan kental, dan serai. Aduk dan masak sampai menjadi bubur. Sisihkan.
  3. Untuk membuat kuah, tumis bumbu halus, daun salam, lengkuas, jahe, dan serai sampai harum.
  4. Masukkan ayam, aduk rata dan masak hingga berubah warna.
  5. Tuangkan santan, aduk rata. Masukkan garam, merica bubuk, dan gula putih. Aduk rata lalu masak hingga santan matang.
  6. Sajikan bubur Suro bersama bahan pelengkap selagi hangat.

Bubur Suro kini masih bisa dijumpai di beberapa wilayah Jawa Timur seperti Madura, dan sebagian wilayah Jawa Tengah seperti Yogyakarta, Solo, hingga Semarang. Selain disantap bersama keluarga dan kerabat, Bubur Suro juga sering dibagikan secara massal di masjid-masjid sebagai wujud sedekah dan berbagi rezeki kepada yang membutuhkan.