Wisata  

Mengenang Kejayaan Pasar Munding, Pusat Perdagangan Ternak di Ciamis pada Era 1970-an

CIAMIS, TINTAHIJAU.com — Pada era 1970-an, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, pernah memiliki sebuah pusat perdagangan ternak yang sangat dikenal, yaitu Pasar Munding. Berlokasi di Desa Mekarjaya, Kecamatan Baregbeg, pasar ini dulunya menjadi pusat jual beli kerbau yang ramai didatangi oleh pedagang dari berbagai wilayah, mulai dari daerah-daerah di Jawa Barat hingga Cilacap, Jawa Tengah.

Pasar ini buka setiap hari Kamis dan menjadi denyut nadi perekonomian masyarakat setempat. Endang (60), salah satu warga yang masih mengingat masa kejayaannya, bercerita bahwa setiap Kamis suasana pasar sangat ramai. Para bandar ternak berdatangan dari Manonjaya, Rancah, Tasikmalaya, Ciawi, Majalengka, dan wilayah lainnya untuk memperdagangkan kerbau mereka.

Menariknya, pada masa itu, fasilitas transportasi masih sangat terbatas. Para pedagang menggiring langsung kerbau mereka dari kampung ke pasar, menciptakan pemandangan unik yang menjadi hiburan tersendiri bagi warga. Endang, yang saat itu masih duduk di bangku kelas 5 SD, memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjual rumput pakan ternak dan mendapatkan penghasilan tambahan sebesar Rp 50 setiap minggunya—jumlah yang cukup besar untuk ukuran anak kecil kala itu.

Pasar Munding juga membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi warga sekitar. Banyak rumah dijadikan tempat menginap para pedagang ternak, dan berbagai usaha kecil ikut hidup, mulai dari warung makanan, pedagang musiman pakaian, hingga penjual alat pertanian seperti golok.

Namun, kejayaan itu perlahan memudar memasuki tahun 1980-an. Menurut Endang, perubahan pola transaksi antara petani dan pedagang serta menurunnya peran kerbau sebagai hewan ternak utama menyebabkan pasar ini mulai sepi. Warga Ciamis sendiri memang tidak terbiasa mengonsumsi daging kerbau, sehingga permintaan pun menurun. Pada akhirnya, pasar ini berhenti beroperasi.

Kepala Desa Mekarjaya, Elan Kuswaya, membenarkan cerita tersebut. Ia menyebut para pedagang dahulu bahkan berjalan kaki ke pasar karena keterbatasan kendaraan. Kini, lahan bekas Pasar Munding hanya berupa tanah kosong. Namun Pemerintah Desa berinisiatif untuk menghidupkan kembali kawasan tersebut dengan membangun fasilitas umum seperti kolam renang dan taman bermain yang akan dinamakan Taman Caringin Kahuripan.

“Tujuannya agar bisa menghidupkan UMKM dan meningkatkan pendapatan desa. Semoga segera terealisasi,” kata Elan optimis.

Pasar Munding mungkin telah menjadi bagian dari sejarah, tetapi kenangannya tetap hidup dalam ingatan warga. Kisah kejayaannya menjadi bukti bahwa perekonomian rakyat bisa tumbuh melalui aktivitas lokal yang sederhana namun berdampak besar.

Apakah Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang sejarah pasar tradisional lainnya di Indonesia?