JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Dokter spesialis penyakit dalam konsultan hemato-onkologi medik dari RS Cipto Mangunkusumo Kencana Jakarta, Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM, menegaskan bahwa kondisi pecah pembuluh darah dapat dicegah, bahkan pada individu yang sebelumnya telah mengalami stroke.
“Pecah pembuluh darah adalah kondisi yang bisa dicegah, bahkan pada mereka yang sudah pernah stroke. Kunci utamanya ada pada pengendalian tekanan darah, gaya hidup sehat, dan pemeriksaan rutin, terutama pada usia lanjut,” ujar dr. Andhika kepada ANTARA, Jumat (11/4).
Dalam dunia medis, pecah pembuluh darah dikenal sebagai stroke hemoragik—yaitu jenis stroke yang terjadi akibat robeknya pembuluh darah di otak, sehingga menyebabkan perdarahan pada jaringan otak.
Adapun faktor utama yang meningkatkan risiko kondisi ini antara lain adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi kronis, aneurisma otak (pelebaran dinding pembuluh darah), serta kelainan pembuluh darah bawaan seperti malformasi arteri-vena.
“Pecah pembuluh darah juga bisa disebabkan oleh cedera kepala, terutama pada lansia dengan pembuluh darah yang rapuh, penggunaan obat pengencer darah, kolesterol tinggi, serta gaya hidup tidak sehat yang memperburuk kondisi pembuluh darah,” jelasnya.
Dr. Andhika menekankan bahwa kondisi ini merupakan kegawatdaruratan medis karena dapat menyebabkan kerusakan otak dalam waktu singkat. Ia juga menjelaskan bahwa stroke terbagi menjadi dua jenis utama, yakni stroke iskemik (80–85 persen kasus) akibat penyumbatan aliran darah ke otak, dan stroke hemoragik (15–20 persen kasus) akibat pecahnya pembuluh darah.
“Keduanya bisa sama-sama mengganggu fungsi otak, tetapi stroke karena pecah pembuluh darah cenderung lebih berat dan memiliki angka kematian yang lebih tinggi,” lanjutnya.
Pentingnya Pemeriksaan Rutin dan Gaya Hidup Sehat
Untuk mencegah pecahnya pembuluh darah, khususnya bagi pasien yang pernah mengalami stroke, Andhika menyarankan pengendalian tekanan darah secara rutin minimal sebulan sekali, disiplin mengonsumsi obat antihipertensi, serta pemeriksaan jantung, gula darah, dan kolesterol setiap tiga hingga enam bulan.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga pola makan sehat, seperti mengonsumsi makanan rendah garam, tinggi serat, cukup protein, serta memastikan asupan cairan yang memadai. Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, terutama bagi individu dengan riwayat hipertensi.
Pemeriksaan kondisi pembuluh darah otak juga sebaiknya dilakukan secara berkala, khususnya bagi yang memiliki riwayat aneurisma atau pernah mengalami stroke. Konsultasi dengan dokter saraf atau spesialis penyakit dalam menjadi langkah penting dalam pencegahan.
Peran Keluarga dan Kesehatan Psikososial Lansia
Menurut Andhika, pencegahan tidak hanya sebatas pada aspek fisik, namun juga psikis dan sosial. Keterlibatan lansia dalam aktivitas ringan yang menyenangkan dapat menjaga kesehatan mental dan sosial mereka. Olahraga ringan seperti jalan pagi, menjaga suasana hati yang baik, serta menghindari stres berlebihan sangat dianjurkan.
“Edukasi kepada keluarga juga penting agar bisa mendampingi lansia dalam menjaga kesehatannya secara holistik,” pungkasnya.
Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang dapat memperburuk kondisi pembuluh darah.