BANDUNG, TINTAHIJAU.com — Menapaki usia 67 tahun, Studiklub Teater Bandung (STB) seolah berhenti sejenak di simpang waktu — merenungi arah perjalanan panjangnya dalam panggung seni. Dari ruang tafakur itulah lahir lakon sufi “Musyawarah Burung”, adaptasi dari mahakarya penyair Persia abad ke-12, Fariduddin Attar, yang digubah menjadi rangkaian 239 haiku oleh IGN. Arya Sanjaya, sang sutradara.
Pementasan ini bukan sekadar teater, melainkan perjalanan batin yang menyingkap makna kehidupan. Ia berbicara tentang pencarian cinta Ilahi, tentang manusia yang menanggalkan egonya dan meniti jalan menuju Sang Pencipta. Cerita klasik ini dihidupkan kembali melalui simbol-simbol burung yang terbang menembus tujuh lembah menuju istana Simurgh, sang pemimpin yang dirindukan — sebuah metafora perjalanan spiritual menuju kesempurnaan jiwa.
STB meminjam bentuk haiku, puisi pendek asal Jepang, untuk menjaga kesederhanaan dan keteduhan bahasa Attar. Dalam setiap bait, terselip dzikir, musik Sema, dan tarian dervish — menggema seperti doa yang menari dalam ruang teater.
Pementasan Musyawarah Burung akan digelar pada 31 Oktober dan 1 November 2025 di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung, pukul 15.30 WIB, dengan harga tiket Rp40.000.
Sebagai kelompok teater modern tertua di Indonesia, Studiklub Teater Bandung yang berdiri sejak 1958 tetap menjadi bunga abadi di taman seni tanah air. Dari masa ke masa, mereka terus mekar, menebar aroma kesenian yang memanggil bunga-bunga muda untuk tumbuh bersama — menjaga agar seni tetap hidup di tengah zaman yang kian cepat berlalu.
Penulis: Kin Sanubary | Editor: Rosgani





