ASEAN kemudian menegaskan perlunya rasa saling percaya dan keyakinan, serta sikap menahan diri dari aktivitas yang berpotensi memperumit atau meningkatkan perselisihan yang berpengaruh pada perdamaian dan stabilitas. ASEAN Defence Ministerial Meeting (ADMM), sebuah platform kerja sama antar Menteri Pertahanan ASEAN yang bertujuan untuk meningkatkan Confidence Building Measures (CBM) sangat penting untuk menjaga perdamaian dan stabilitas keamanan di kawasan melalui dialog dan kerja sama praktis.
ADMM telah diperluas melalui ADMM-Plus dan melibatkan 8 negara mitra wicara yakni Amerika Serikat, Australia, China, Jepang, Korea, Selandia Baru, India, dan Rusia dengan grup pakar dalam tujuh ranah penting: penanganan bencana dan bantuan keamanusiaan, medis militer, pemberantasan terorisme, keamanan maritim, operasi pemelihara perdamaian, penanggulangan ranjau darat dan keamanan siber.
Soal konflik, ‘ASEAN way’ lebih cenderung pada dialog damai dan berkelanjutan. Termasuk untuk soal ketegangan di Semenanjung Korea yang perlu disikapi serius upaya ‘denuklirisasi’ demi perdamaian dan stabilitas abadi. Soal Timur Tengah, misalnya konflik Israel-Palestina yang tidak kunjung selesai (sejak deklarasi negara Israel 1948), ASEAN menegaskan perlunya ‘solusi yang komprehensif, adil, dan berkelanjutan’ untuk mencapai perdamaian dan stabilitas dengan mendukung penuh hak sah rakyat Palestina atas negara Palestina dengan terwujudnya dua negara, Palestina dan Israel, yang hidup berdampingan secara damai dan aman berdasarkan perbatasan pra-1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Soal Ukraina, ASEAN menegaskan pentingnya rasa hormat terhadap kedaulatan, kemerdekaan politik, dan integritas teritorial. Dalam hal ini, menurut ASEAN, kepatuhan terhadap Piagam PBB dan hukum internasional adalah penting, selain menyegerakan penghentian permusuhan dan penciptaan lingkungan yang memungkinkan untuk resolusi damai.
Situasi perang yang tidak selesai tersebut (sejak Putin mengumumkan ‘operasi militer khusus’ ke Ukraina, 24 Februari 2022) juga berdampak negatif terhadap ASEAN dan oleh karena itu pimpinan negara-negara ASEAN berkomitmen mengurangi dampaknya dan memastikan ASEAN tetap menjadi pusat pertumbuhan kawasan dan dunia.
Memiliki kekayaan sumber daya alam dan potensi industri pariwisata menjadikan kawasan ASEAN sebagai destinasi investasi. Mengutip Aseanstats.org, ASEAN tercatat memiliki total produk domestik bruto (PDB) sebesar US$ 3,3 triliun pada 2021, sebuah nilai yang menjadikannya berada di posisi kelimadibandingkan negara-negara ekonomi terkuat seperti Amerika Serikat, China, Jepang, hingga Jerman. Menurut IMF, pertumbuhan ekonomi ASEAN juga cukup baik yaitu sebesar 4%-5% per tahun. Nilai ini di atas rata-rata global yang sebesar 2,5%-3% (Dihni, 2023).
Saat ini, kita lihat berbagai perusahaan rintisan (startup) tumbuh di berbagai negara. Indonesia bahkan disebut sebagai “tanah yang subur untuk pertumbuhan startup.” Indonesia menduduki posisi lima dunia dengan 2.193 startup pada 2019 setelah AS, India, Inggris, dan Kanada. Tak hanya unggul kuantitas, kualitas startup di Indonesia pun kian tangguh dengan munculnya empat unicorn (valuasi lebih dari 1 juta dollar AS) dan satu decacorn (valuasi lebih dari 10 juta dollar AS). Valuasi pasar unicorn dan decacorn itu juga mendominasi dunia startup Asia Tenggara.
Beberapa di antaranya Gojek (11 miliar dollar AS), Tokopedia (7 miliar dollar AS), Traveloka (4,5 miliar dollar AS), OVO (2,9 miliar dollar AS), dan Bukalapak (12 miliar dollar AS) (Kominfo, 2020).
Berdasarkan data Startup Ranking, jumlah startup di Asia Tenggara tercatat sebanyak 4.603 startup hingga 26 Mei 2023. Indonesia menjadi yang terbanyak dengan jumlah startup mencapai 2.479 perusahaan. Singapura berada di urutan kedua dengan 1.098 startup.