Narasi terkait identitas ASEAN sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran juga ditumbuhkan. Melalui budaya dan kesenian, ASEAN berkomitmen untuk memajukan budaya sebagai landasan penting untuk membangun Komunitas ASEAN.
Sektor budaya bekerja sama dengan
berbagai mitra wicara (dialogue partner) dan berbagai pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesadaran dan mengapresiasi berbagai kekayaan sejarah, budaya, seni, tradisi, dan nilai-nilai kawasan ASEAN. Setnas ASEAN (2023) menulis, berdasarkan Rencana Strategis Kebudayaan dan Seni 2016-2025, prioritas utama ASEAN pada sektor
budaya meliputi dua hal: pendalaman pola pikir dan identitas ASEAN (untuk meningkatkan apresiasi terhadap sejarah, budaya, seni, tradisi, dan nilai-nilai ASEAN) dan mempromosikan keragaman budaya ASEAN (untuk mendorong pemahaman antarbudaya).
ASEAN juga memanfaatkan budaya untuk pembangunan yang inklusif dan
berkelanjutan, termasuk untuk kreativitas, inovasi dan penciptaan mata pencaharian dan bagaimana mempromosikan kerja sama regional untuk meningkatkan
kemampuan pengelolaan budaya dan
warisan.
Selain itu, Masyarakat Sosial Budaya
ASEAN (ASEAN Socio-Cultural
Community/ASCC) merupakan bagian dari tiga pilar penting ASEAN yang bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup melalui serangkaian kegiatan yang berfokus pada masyarakat (peoplecentered and people-oriented approach), ramah lingkungan (environmentally friendly), serta berkelanjutan (sustainable).
Sebagai kesatuan masyarakat sosial
budaya, masyarakat ASEAN bersamasama mengatasi berbagai tantangan di bidang kemiskinan, ketenagakerjaan, dan kesejahteraan masyarakat. Diantara
caranya adalah dengan memperkuat daya saing kawasan dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dan kualitas lingkungan hidup.
ASEAN bahkan membuka akses yang seluasluasnya bagi seluruh penduduk di negara-negara anggotanya dengan memperhatikan kesetaraan gender di berbagai bidang, misalnya di bidang pendidikan, kebudayaan, kesehatan, serta lingkungan hidup (setnasasean.id, 2023).
Masyarakat, sebagai tambahan, perlu memiliki semacam kesadaran global untuk berdialog secara kontinu dan bermakna, melakukan sinergi lintas komunitas dan bangsa, serta kesediaan untuk hidup bersama dalam kebudayaan global (Ikeda, 2001).
Untuk mewujudkan integrasi masyarakat ASEAN maka dibutuhkan “rasa ke-kita-an (we feeling)” terhadap ASEAN. Di samping itu, masyarakat ASEAN perlu menumbuhkan rasa saling menghormati dan kesetiakawanan sosial yang tinggi sehingga warga ASEAN akan berkembang menjadi sebuah masyarakat yang saling peduli dan berbagi. Dengan demikian, mengutip Setnas ASEAN (2023), masyarakat ASEAN dapat lebih mengenal keragaman budaya negara anggota, saling menghargai identitas nasional masing-masing, dan mewariskan sebuah kawasan Asia Tenggara yang aman, damai, dan makmur kepada generasi penerus. ASEAN memiliki Cetak Biru Masyarakat Sosial Budaya ASEAN 2025 sebagai pedoman bagi negara anggota ASEAN dalam mewujudkan masyarakat ASEAN yang melibatkan dan bermanfaat bagi masyarakatnya, inklusif, berkelanjutan, tangguh, dan dinamis (setnasasean.id, 2023).
Strategi taktis extraordinary: jalan maju, jalan kolaborasi polikrisis global perlu didekati secara kolaboratif. Para keketuaan ASEAN 2023, kata ‘kolaborasi’ menjadi sesuatu yang penting untuk menghasilkan terobosan untuk menyelesaikan polikrisis global, regional, dan nasional di negara masing-masing. Presiden RI Joko Widodo kerap menyampaikan kata ‘kolaborasi, kerja sama, dan sinergi’ sebagai jalan menyelesaikan masalah.
Kita telah melewati pandemi Covid-19 secara kolaboratif, namun seperti kata Presiden Jokowi, “tantangan ke depan masih sangat berat”, olehnya itu membutuhkan kerja sama menjadikan ASEAN sebagai episentum pertumbuhan ekonomi dunia dan
menyelesaikan berbagai krisis.
Presiden Joko Widodo melihat bahwa dunia kita sekarang ‘sedang tidak baik-baik saja’. Maka, menurut Jokowi, “ASEAN memerlukan strategi taktis yang luar biasa untuk menghadapi tantangan global saat ini, sekaligus mewujudkan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan atau epicentrum of growth,” sebagaimana yang disampaikan saat membuka ASEAN Business Investment Summit Tahun 2023, di Istana Negara, Jakarta (1 September 2023).
“Di tengah kondisi dunia yang sedang tidak
baik-baik saja, strategi ASEAN tidak bisa
juga hanya biasa-biasa saja, enggak bisa.
ASEAN butuh strategi taktis yang extraordinary, jadi strateginya bukan strategi besar, tapi strategis taktis yang extraordinary,” ujar Presiden. Strategi taktis yang extraordinary tersebut membutuhkan terobosan. Untuk itu, berbagai upaya mencari terobosan sangat dibutuhkan.
Sejalan dengan itu pula, upaya tersebut
membutuhkan banyak gagasan inovatif aplikatif yang extraordinary dari lintas pemangku kepentingan dan lintas komponen
masyarakat untuk menyelesaikan polikrisis
yang melanda dunia pada umumnya dan
ASEAN pada khususnya.
Yanuardi Syukur
Penulis adalah peneliti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) CSGS , Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia dan dosen (assistant professor) pada Program Studi Antropologi Universitas Khairun.