(OPINI) RAMADAN ITU MEMBASUH LUKA POLITIK

“Ingatlah ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi ketentraman dari-Nya dan Allah menurunkan air hujan dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-gangguan syetan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu (teguh pendirian)” (QS. Al-Anfal : 11).

Ayat di atas turun di saat Rasulullah saw dan para sahabatnya mendapatkan luka yang berat pada perang Uhud, karena ketidak patuhan 50 sahabat pemanah yang turun dari bukit uhud karena tergoda dengan gelimangnya harta rampasan perang yang berserakan di lembah uhud ditinggalkan musyrikin Quraisy yang lari kocar kacir dan meninggalkan harta bawaan mereka.

Suasana berbalik, saat Kholid bin Walid (se belum masuk Islam) mengambil alih bukit pemanah, dan menghujami para sahabat Rasulullah saw dengan anak panah-anak panah yang ditinggalkan. Situasi berubah, banyak para sahabat yang mati syahid dan Rasulullah saw pun terluka parah, bercucuran darah, karena patah gigi serinya, pecah urat tangannya dan luka lainnya yang menganga di sekujur tubuhnya.

Dalam suasana genting perang seperti itu, Musyrikin Quraisy terus mengejar Rasulullah saw, sampai kepada titik di mana mereka meyakini bahwa Muhammad saw telah wafat, karena hancurnya pasukan kaum muslimin. Namun karena militansi beberapa sahabat Rasulullah saw yang terus menjaganya, akhirnya beliau bisa terselamatkan hingga suasana gelap karena datangnya malam.

Dalam kondisi keletihan yang memuncak, maka malam itu Allah SWT menurunkan rasa kantuk kepada Rasulullah saw, hingga beliau tertidur sejenak, dan Allah SWT menurunkan hujan rintik-rintik untuk membuat beliau tertidur dengan rasa tenang dan nyaman. Saat beliau terbangun, hilang sudah kepedihan lukanya dan kelelahan fisiknya akibat perjuangan, dan membuat beliau bugar kembali.

Cuplikan kissah di atas layak menjadi ibrah dan pelajaran berharga bagi kita, bahwa pasca terjadinya gesekan yang sangat memporak porandakan; perasaan, kebersamaan, kekeluargaan, bahkan mewariskan luka-luka sosial dan kemasyarakatan akibat Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif. Allah SWT hadirkan langsung bulan Ramadhan yang agung.

Ramadhan itu adalah anugerah kenikmatan yang tak terhingga, hingga kita terbuai dengan nafas-nafas lirih wirid dan kekhusyuan dalam setiap ruku dan sujud yang panjang. Ramadhan bagaikan air hujan rintik-rintik yang diiringi angin lembut, hingga dapat membasuh luka-luka perasaan yang menganga, ukhuwah yang tercabik-cabik, marah yang tak terbendung, dendam kesumat dan kekecewaan yang menggores hati dan perasaan.

Lantunan Al-Quran yang kita lafalkan dalam setiap hembusan Ramadhan adalah embun yang menyejukan kering kerontangnya hati, perilaku yang hedonis, karakter yang hanya menjadikan; dunia, jabatan dan kekuasan adalah segalanya. Setiap ayat-Nya mampuh meluluhkan kekotoran jiwa, kekeruhan watak dan karakter dan membakar setiap rayuan-rayuan iblis laknatulloh alaihim.

Harapan hadirnya Ramadhan ini pun layaknya seperti hadirnya air hujan yang akan menguatkan telapak kaki kita dalam keteguhan pendirian (istiqomah dalam jalan kebenaran), sebagaimana amanah ayat Al-Quran di atas. Sehingga pasca Ramadhan, tidak ada lagi cara-cara curang dan tidak jujur dalam mendapatkan kekuasaan dan kedudukan jabatan politik di level pemerintahan manapun.

Rakyat tidak lagi disuguhi dengan praktek-praktek politik kotor yang menghalalkan segala cara dan mengedepankan pragmatisme yang akan merusak pendidikan politik rakyat ke depan.

Karena Rasulullah saw pernah bersabda: “Jauhilah oleh kalian perilaku tidak jujur dan curang, karena ketidak jujuran itu akan mendatangkan kerusakan dan keburukan. Dan setiap kerusakan dan keburukan itu akan mengantarkan ke dalam neraka jahannam” (HR. Muslim).

Pantas jika Rasulullah saw yang mulia menyebutnya, bahwa Ramadhan itu adalah bulan ukhuwah, karena Ramadhan akan mengembalikan nilai-nilai persaudaraan, menguatkan kembali nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang kemarin tercabik-cabik karena kepentingan pragmatisme politik sesaat.. wallohu alam bis showab.

KH. Ade Sugianto SIP. SAN, Penulis adalah Ketua Yayasan Pendidikan Islam Al-Ukhuwah Pagaden Subang Jawa barat.

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini