Ahli Ungkap Alasan, Mengapa Judi Online Bikin Kecanduan

JAKARTA, TINTAHIJAU.com – Judi online telah menjadi masalah serius di Indonesia. Menurut data pemerintah, setidaknya 2,37 juta orang Indonesia kecanduan judi online, dan 80 persen dari mereka berasal dari kalangan bawah. Fenomena ini memicu kekhawatiran akan dampak sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat tanah air.

Mengapa Judi Online Bikin Kecanduan?

Penelitian dari University of Nevada, Las Vegas (UNLV) dan University of Western Ontario pada tahun 2009 mengungkap bahwa judi online lebih adiktif dibandingkan judi konvensional seperti kasino.

Kathryn LaTour, profesor di William F. Harrah College of Hotel Administration UNLV, menjelaskan bahwa perjudian online dapat dengan mudah menjadi bagian rutin dari kehidupan sehari-hari, seperti menonton televisi.

Ketika perjudian menjadi kebiasaan, konsumen bisa terlibat tanpa berpikir panjang, yang akhirnya menyebabkan kecanduan dan kerugian finansial.

LaTour dan June Cotte, profesor pemasaran di University of Western Ontario, menemukan bahwa penjudi online bertaruh lebih sering dan agresif.

Perjudian di kasino membutuhkan usaha lebih karena pemain harus keluar rumah dan sulit disembunyikan, sementara judi online bisa dilakukan dari rumah dan mudah diintegrasikan ke dalam rutinitas sehari-hari. Hal ini berarti lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk berjudi, meningkatkan risiko kecanduan.

Dampak Sosial dan Psikologis

Kemudahan akses judi online tidak hanya menarik lebih banyak orang untuk mencobanya, tetapi juga meningkatkan jumlah orang yang mengalami masalah terkait judi. Anak muda, terutama laki-laki, termasuk kelompok yang paling rentan terhadap kecanduan judi.

Sebuah survei di Kanada pada tahun 2018 terhadap 38.000 remaja mengungkap bahwa hampir dua pertiga remaja, usia 12 hingga 18 tahun, pernah berjudi atau memainkan permainan yang mirip perjudian pada tahun sebelumnya.

Para peneliti terus menyelidiki prinsip-prinsip psikologis yang mendasari dorongan untuk berjudi dan apa yang terjadi di otak para penjudi yang berjuang untuk berhenti. Penelitian menunjukkan variasi dalam volume dan aktivitas area tertentu di otak yang terkait dengan pembelajaran, manajemen stres, dan pemrosesan hadiah yang dapat berkontribusi pada masalah perjudian.

Masalah perjudian, yang sebelumnya disebut perjudian patologis, kini dianggap sebagai gangguan kecanduan perilaku, mirip dengan kecanduan alkohol dan obat-obatan.

Ciri-ciri kecanduan ini termasuk meningkatnya toleransi yang membutuhkan lebih banyak perjudian untuk merasa puas dan gejala penarikan diri yang menyebabkan iritabilitas ketika mencoba berhenti.

Terpapar Sejak Dini

Jeffrey Derevensky, psikolog dan direktur Pusat Internasional untuk Masalah Perjudian Remaja dan Perilaku Berisiko Tinggi di McGill University, mengungkap bahwa anak-anak bisa terpapar judi online sejak dini melalui game online yang mudah diakses di smartphone.

Game yang mensimulasikan perjudian tanpa risiko finansial sering kali tersedia untuk anak-anak, memperkenalkan mereka pada konsep perjudian sejak kecil.

Sekitar 40 persen remaja telah memainkan permainan judi simulasi, yang sering kali melibatkan lebih banyak kemenangan daripada permainan di dunia nyata. Pengalaman menyenangkan tanpa risiko finansial ini bisa memicu minat pada perjudian yang sesungguhnya di kemudian hari.

Selain itu, melihat orang tua atau anggota keluarga berjudi juga bisa menormalkan perjudian bagi anak-anak, membuat mereka lebih mungkin terlibat dalam perilaku berisiko lainnya.

Fenomena kecanduan judi online di Indonesia memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Upaya untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya judi online, terutama di kalangan anak muda, sangat penting.

Tidak hanya itu, langkah-langkah preventif dan penegakan hukum yang tegas diperlukan untuk mengatasi masalah ini dan melindungi masyarakat dari dampak negatif perjudian.