Ancaman Banjir dan Longsor, Cirebon Berlakukan Siaga Bencana Hidrometeorologi

CIREBON, TINTAHIJAU.com — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon resmi menetapkan status Siaga Bencana Hidrometeorologi menyusul meningkatnya intensitas cuaca ekstrem dalam beberapa pekan terakhir. Penetapan ini dilakukan setelah Bupati Cirebon, Imron, menandatangani Surat Keputusan (SK) terkait status siaga tersebut yang berlaku hingga Maret 2026.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Ikin Asikin, membenarkan penerbitan SK tersebut. Ia menyebutkan bahwa status siaga diberlakukan untuk mengantisipasi berbagai potensi bencana yang dipicu kondisi cuaca ekstrem.

“SK Bupati terkait status siaga darurat bencana hidrometeorologi sudah terbit dan berlaku sampai Maret 2026,” ujar Ikin, Jumat (5/12/2025).

Menurut Ikin, intensitas hujan dalam beberapa minggu terakhir meningkat signifikan, bahkan disertai angin kencang di sejumlah wilayah. Kondisi ini dinilai sebagai indikator kuat perlunya peningkatan kesiapsiagaan di lapangan.

“Intensitas hujan semakin tinggi, bahkan disertai angin kencang. Ini menjadi indikator bahwa kesiapsiagaan harus ditingkatkan,” katanya.

BPBD Kabupaten Cirebon memastikan seluruh personel serta peralatan penanggulangan bencana berada dalam status siaga penuh. Peralatan seperti perahu karet, alat evakuasi, dan logistik darurat telah disiapkan untuk menghadapi kemungkinan situasi darurat.

“Kami pastikan semua personel siap. Peralatan seperti perahu karet, alat evakuasi, hingga logistik darurat sudah kami siagakan,” tegas Ikin.

Selain itu, BPBD memperketat pemantauan di wilayah-wilayah rawan banjir dan bencana hidrometeorologi lainnya, terutama di kecamatan yang kerap dilanda banjir. Pemantauan dilakukan di kawasan timur seperti Waled, Ciledug, dan Gebang, serta wilayah barat termasuk Gegesik dan sekitarnya.

Salah satu faktor utama yang terus diawasi adalah debit air sungai. Sekitar 80 persen banjir di Kabupaten Cirebon dipicu oleh luapan sungai, sehingga pemantauan berkala dilakukan terutama setelah hujan deras di wilayah hulu.

“Jika wilayah hulu hujan lebih dari satu jam, debit sungai akan langsung kami monitor karena itu biasanya menjadi pemicu banjir,” jelasnya.

Di samping penguatan internal, BPBD juga mengajak masyarakat berpartisipasi aktif dalam mitigasi bencana melalui program Desa Tangguh Bencana (Destana). Program tersebut bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana sejak dini.

“BPBD tidak bisa bekerja sendiri. Kami membutuhkan keterlibatan masyarakat, dan Destana merupakan salah satu langkah untuk membangun kesiapsiagaan bersama,” tutup Ikin.