Bali Alami Banjir Terparah, Lima Warga Tewas di Bali

Warga mendorong sepeda motor melewati banjir yang menggenangi kawasan Kuta, Badung, Bali, Rabu (10/09) | ANTARA FOTO

DENPASAR, TINTAHIJAU.com – Hujan deras yang mengguyur Bali sejak Selasa (9/9) hingga Rabu (10/9) memicu banjir besar di sejumlah wilayah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali menyebut bencana kali ini sebagai yang terparah dalam sepuluh tahun terakhir.

Akibat banjir tersebut, sedikitnya lima orang meninggal dunia. Dua korban berasal dari Kabupaten Jembrana, masing-masing tersengat listrik dan terseret arus. Sementara tiga korban lain ditemukan di Kota Denpasar, yakni Nadira, Ni Wayan Lenyot, dan Dedek Rio Adi Saputra.

Selain korban jiwa, lebih dari 200 warga telah dievakuasi oleh tim SAR sejak Rabu dini hari. “Proses evakuasi masih berlangsung hingga siang, karena curah hujan tidak berhenti sejak kemarin,” kata Kepala Seksi Operasi dan Siaga Basarnas Bali, I Wayan Juni Antara.

Wilayah Terdampak

BNPB mencatat banjir melanda Jembrana, Gianyar, Tabanan, Klungkung, dan Denpasar. Di ibu kota provinsi, terdapat 43 titik banjir, dengan lokasi terparah di Pasar Kumbasari dan Jalan Pura Demak. Sejumlah bangunan bahkan dilaporkan runtuh.

Di Jembrana, arus lalu lintas di jalur utama Denpasar–Gilimanuk lumpuh total akibat jalan terendam air sepanjang dua kilometer. Sementara di Gianyar dan Karangasem, banjir disertai longsor, pohon tumbang, serta tembok roboh.

Respons Pemerintah

Gubernur Bali, Wayan Koster, meninjau lokasi banjir di Denpasar. Ia berjanji pemerintah akan memberikan ganti rugi bagi pedagang yang mengalami kerugian. “Saya minta wali kota menghitung kerugian bangunan dan barang-barang dagangan. Nanti akan diganti melalui APBD provinsi dan kota,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala BPBD Bali, Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, menyoroti persoalan pembangunan dan drainase sebagai faktor yang memperparah banjir. “Saluran air terganggu akibat pembangunan, ditambah curah hujan ekstrem dan sampah,” jelasnya.

Kerugian Ditaksir Miliaran

Ekonom Universitas Udayana, Amrita Nugraheni Saraswaty, memperkirakan kerugian akibat banjir mencapai ratusan miliar rupiah. Nilai itu mencakup kerusakan rumah, kendaraan, bangunan roboh, serta aktivitas perdagangan dan pariwisata yang lumpuh.

“Kalau ditotal, kerugian warga saja bisa puluhan miliar. Itu belum termasuk biaya peluang akibat jalan terputus dan aktivitas warga terganggu,” ujarnya.

Faktor Cuaca

Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Denpasar menjelaskan hujan ekstrem dipicu aktifnya gelombang ekuatorial Rossby yang meningkatkan pertumbuhan awan hujan di Bali. Kondisi ini diperkirakan mereda mulai Kamis (11/9).

Hingga Rabu malam, sejumlah wilayah di Bali masih terendam. Warga yang terdampak mengaku kaget dengan banjir besar yang jarang terjadi di Pulau Dewata. “Parah banget banjirnya. Barang-barang elektronik saya rusak semua,” ujar Tasha, warga Denpasar Barat.