BMKG Mengumumkan Kemarau Kering di Indonesia Terjadi Agustus – Desember

“Indeks El Nino semakin kuat, telah mencapai tingkat moderat, dan diperkirakan dampaknya akan semakin terasa, yaitu dalam bentuk kekeringan di sebagian besar wilayah Indonesia,” paparnya.

Menurut situs BMKG, El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal di bagian tengah Samudera Pasifik.

Pemanasan SML dapat meningkatkan pertumbuhan awan di bagian tengah Samudera Pasifik dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

Akibatnya, El Nino memicu kondisi kekeringan di wilayah Indonesia secara umum.

BMKG memprediksi bahwa musim kemarau tahun ini akan serupa dengan situasi pada tahun 2019 dan tidak akan seburuk musim kemarau tahun 2015.

Selain itu, puncak kemarau kering di Indonesia juga berpotensi memicu kebakaran hutan (karhutla).

“Ada potensi karhutla, seperti yang terjadi pada tahun 2019 dengan banyaknya titik api,” ungkapnya.

Namun, ia menegaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), sehingga pemerintah telah menyiapkan mekanisme Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

“Sejak bulan Desember 2022, kami telah berdiskusi dengan Ibu Menteri LHK dan sudah mempersiapkan TMC sejak bulan Februari 2023,” jelasnya.

“Jika dimulai secara tiba-tiba, akan lebih sulit. Semoga meskipun potensi alami mirip dengan tahun 2019, dengan persiapan yang lebih baik, dampaknya tidak akan separah tahun 2019,” tambahnya.