Megapolitan

BNPB Sebut Ribuan Bencana Melanda Indonesia Selama 2025, Dampak Hidrometeorologi Mengkhawatirkan

×

BNPB Sebut Ribuan Bencana Melanda Indonesia Selama 2025, Dampak Hidrometeorologi Mengkhawatirkan

Sebarkan artikel ini
Foto : Tim gabungan melakukan operasi pencarian dan pencarian dalam bencana tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (14/11). (istimewa)

JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 3.176 kejadian bencana alam melanda Indonesia sepanjang tahun 2025. Dari jumlah tersebut, bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem mendominasi dengan porsi mencapai 99,02 persen, sementara sisanya merupakan bencana geologi.

Kepala BNPB Suharyanto mengatakan, tingginya angka kejadian bencana menunjukkan masih besarnya tantangan pengurangan risiko bencana di Indonesia. Meski demikian, ia menilai upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah mulai menunjukkan hasil dalam menekan dampak, khususnya korban jiwa dan kerusakan infrastruktur.

“Tren bencana pada periode 2021–2025 bersifat fluktuatif. Pada 2022 dan 2024 jumlah kejadian sempat menembus 3.000, namun kami terus berupaya agar dampak bencananya dapat ditekan,” ujar Suharyanto dalam konferensi pers, Senin (29/12/2025).

Namun, menurut dia, lonjakan kembali terjadi pada akhir November 2025 akibat siklon yang melanda tiga provinsi di Sumatera. Peristiwa tersebut menyebabkan bertambahnya lebih dari 1.100 korban, baik meninggal dunia, hilang, maupun luka-luka. Banjir dan longsor di wilayah Aceh, Sumatera Utara, serta Sumatera Barat juga mengakibatkan kerusakan permukiman dan infrastruktur dengan estimasi kerugian mencapai triliunan rupiah.

Suharyanto menegaskan, menurunkan risiko dan dampak bencana bukan perkara mudah, mengingat sejumlah bencana bersifat tiba-tiba dan sulit diprediksi. Oleh karena itu, ia menyoroti pentingnya kesiapsiagaan pemerintah daerah, terutama di tengah musim hujan yang masih berlangsung.

Dalam kesempatan tersebut, BNPB juga menilai kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sejumlah wilayah masih belum optimal. Suharyanto mengusulkan agar kepala BPBD tidak lagi merangkap jabatan sebagai sekretaris daerah, guna memastikan kewenangan dan kecepatan pengambilan keputusan saat masa tanggap darurat.

Selain itu, daerah diminta meningkatkan mitigasi dan kesiapsiagaan, termasuk memastikan jalur evakuasi serta sistem transportasi dan logistik berfungsi dengan baik, khususnya di wilayah rawan bencana seperti Sumatera, Kalimantan Selatan, dan sebagian Jawa Barat.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan masih akan mengguyur sejumlah wilayah Indonesia hingga Maret 2026. Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menyebutkan, wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Papua bagian selatan, serta sebagian Sulawesi Selatan diperkirakan masih mengalami curah hujan tinggi hingga awal 2026.

“Pada Februari beberapa daerah masih memiliki curah hujan tinggi, meski sebagian wilayah di pesisir timur Sumatera mulai memasuki musim kemarau. Sementara pada Maret 2026, Jawa Tengah berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sangat tinggi,” kata Faisal.

BMKG mencatat, kondisi cuaca ekstrem tersebut dipengaruhi anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang lebih rendah dibandingkan perairan Indonesia, sehingga memicu pembentukan awan hujan dengan intensitas tinggi dalam beberapa bulan terakhir.