Dedi Mulyadi Tertibkan Lokasi Prostitusi di Subang dengan Pendekatan Humanis

SUBANG, TINTAHIJAU.com — Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melakukan penertiban sebuah lokasi prostitusi yang berada di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Aksi penertiban ini menarik perhatian publik karena dilakukan dengan pendekatan humanis dan penuh empati terhadap para penghuni bangunan liar, termasuk para pekerja seks komersial (PSK).

Dalam sebuah kunjungan langsung ke lokasi, Dedi Mulyadi mendatangi sebuah warung yang dikenal sebagai tempat prostitusi. Dengan gaya santai dan tanpa mengedepankan ketegangan, ia mengajak seorang PSK berbincang santai. Percakapan itu menyentuh berbagai hal, termasuk alasan sang wanita bekerja di tempat tersebut dan bahkan tarif layanan yang biasa ia berikan.

Namun, bukan untuk menghakimi, Dedi menanyakan tarif tersebut untuk memberikan uang pengganti agar sang PSK bisa pulang dan tidak perlu lagi bekerja di sana. Karena sang PSK enggan menyebutkan jumlah tarif, Dedi pun memperkirakan dan langsung memberikan uang sebesar Rp 2 juta plus ongkos pulang. Sang PSK terlihat kaget dan terharu, lalu mengucapkan terima kasih sebelum meninggalkan tempat itu.

Youtube Dedi Mulyadi | PEKERJA SEKS KOMERSIAL- Dedi Mulyadi saat berbincang dengan seorang Pekerja Seks Komersial di Subang, Jawa Barat. Dedi sempat menanyakan berapa tarif kencan seorang pekerja seks komersial 

Dalam percakapan, diketahui bahwa PSK tersebut adalah seorang janda yang telah tiga kali menikah, namun tidak memiliki pekerjaan tetap. Ia tinggal di tempat tersebut bersama pemilik bangunan liar yang dikenal dengan nama Mamah Tati.

Selain menertibkan tempat prostitusi, Dedi juga menemukan sejumlah bangunan liar lainnya di lahan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Di antaranya adalah toko material, warung makan, dan rumah tinggal yang dibangun tanpa izin. Ia menyoroti lemahnya pengawasan dan kontrol terhadap pembangunan ilegal di lahan pemerintah.

Dedi Mulyadi mendatangi toko material namun tidak menemukan pemiliknya. Ia hanya berbincang dengan pegawai dan menitipkan pesan untuk bertemu di kemudian hari. Di warung lain, ia berdialog dengan seorang ibu yang menyewa bangunan seharga Rp 250 ribu. Kepada ibu tersebut, Dedi memberikan bantuan sebesar Rp 3 juta dan memintanya pulang sementara waktu agar bangunan bisa dibongkar.

Penertiban ini dilakukan bukan semata-mata untuk menertibkan bangunan liar, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa pemerintah hadir dengan hati. Dedi Mulyadi beberapa kali memberikan uang bantuan kepada para warga terdampak penertiban, termasuk kepada pemilik warung makan yang telah menghabiskan Rp 45 juta untuk membangun usahanya. Ia pun memberikan dana sebesar Rp 5 juta dan berjanji membantu biaya pendidikan anak pemilik warung tersebut.

Dedi menegaskan bahwa langkah ini adalah bentuk tanggung jawab pemerintah yang selama ini kurang tegas dalam pengawasan. Namun ia juga menunjukkan bahwa penegakan aturan bisa dilakukan dengan kasih sayang dan tanpa menyakiti rakyat kecil.

“Pemerintah ada teganya, ada kasih sayangnya,” ujar Dedi Mulyadi, menutup rangkaian kegiatan penertiban tersebut.