SUBANG, TINTAHIJAU.com – Gempa bumi dengan magnitudo 4,8 yang mengguncang Sumedang pada tanggal 31 Desember lalu ternyata memiliki keterkaitan dengan Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
Sesar aktif ini telah lama menjadi prediksi sebagai pemicu potensial gempa di wilayah dengan tanah lunak tersebut.
Menurut Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, gempa tersebut menimbulkan luka ringan pada 11 orang tanpa menyebabkan korban jiwa. Sebanyak 456 warga terpaksa mengungsi, 138 rumah mengalami kerusakan ringan, 110 rumah rusak berat, serta satu rumah sakit (RSUD Sumedang Selatan) dan empat fasilitas pendidikan terdampak.
Kepala Pusat Gempabumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, menjelaskan bahwa pusat gempa Sumedang terletak persis di Kota Sumedang dan dipicu oleh aktivitas sesar aktif di wilayah tersebut.
Ia menambahkan bahwa lokasi tiga episenter gempa Sumedang berdekatan dengan jalur Sesar Cileunyi-Tanjungsari, menunjukkan kemungkinan gempa tersebut sebagai kelanjutan dari aktivitas sesar tersebut.
Sesar Cileunyi-Tanjungsari merupakan bidang batas antara dua fraksi kulit Bumi yang mengalami pergeseran relatif. Daerah di atas sesar yang masih aktif pergeserannya dianggap sebagai zona rawan gempa.
Meskipun Sumedang sebenarnya bukan wilayah yang sering diguncang gempa, gempa tersebut dipicu oleh mekanisme pergerakan geser (strike-slip).
Wilayah Jawa Barat sendiri dikenal memiliki enam sesar besar, termasuk Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Cipamingkis, Sesar Garsela, Sesar Citarik, dan Sesar Lembang. Sesar Cileunyi-Tanjungsari menjadi tambahan terbaru, dan pemetaan BMKG menunjukkan keterkaitannya dengan gempa-gempa di daerah tersebut.
Dalam studi ‘Identifikasi Sesar Aktif Daerah Cekungan Bandung’ oleh Majriyono dkk. dari Pusat Survei Geologi, ditemukan bahwa Cekungan Bandung memiliki lima kelurusan sesar aktif, termasuk Sesar Cileunyi-Tanjungsari. Kelurusan ini memiliki potensi menyebabkan gempa bumi, seperti yang terjadi pada 19 Desember 1972 dengan kekuatan 4,9 SR.
Meskipun masih banyak sesar kecil, baik aktif maupun tidak aktif, yang belum terpetakan sepenuhnya, Sesar Cileunyi-Tanjungsari menjadi perhatian karena posisinya yang rentan memicu gempa. Secara geologis, kelurusan ini berarah timur laut-barat daya dan mungkin memiliki kemiringan ke arah barat laut.
Studi terbaru menunjukkan bahwa kerentanan tanah di sekitar Sesar Cileunyi-Tanjungsari cukup tinggi. Tanah liat lunak yang mendominasi wilayah tersebut dapat meningkatkan dampak guncangan tanah akibat aktivitas sesar aktif.
Oleh karena itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyarankan agar bangunan di Sumedang menggunakan konstruksi tahan gempa bumi, dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.
Gempa Sumedang menjadi peringatan bagi kita semua untuk lebih memahami potensi bahaya sesar aktif di sekitar wilayah yang rentan. Langkah-langkah pengamanan dan konstruksi bangunan yang sesuai dapat meminimalkan risiko dan melindungi masyarakat setempat dari dampak buruk yang mungkin timbul akibat gempa bumi di masa depan.
Sumber: CNN Indonesia





