Megapolitan

Orang Tua Siswa di KBB Desak MBG Dihentikan Pasca Sejumlah Siswa Alami Keracunan

×

Orang Tua Siswa di KBB Desak MBG Dihentikan Pasca Sejumlah Siswa Alami Keracunan

Sebarkan artikel ini
Siswa SMPN 1 Kota Cirebon saat menunjukkan bekal makanan sendiri. (Foto : Abdul Rohman)

BANDUNG BARAT, TINTAHIJAU.com – Puluhan siswa SMA dan SMK di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, dilarikan ke GOR Cipongkor pada Rabu (24/9/2025) siang setelah mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi minuman bernama MBG.

Sejak pukul 11.00 WIB, ambulans silih berganti membawa para siswa yang didampingi guru dan orang tua. Sebagian besar korban mengeluhkan demam tinggi, mual, muntah, hingga nyeri hebat di ulu hati. Tim medis segera memberikan penanganan darurat dengan air kelapa serta obat-obatan untuk meredakan gejala.

“Penanganan harus cepat, karena jika terlambat bisa berakibat fatal. Gejala ini menunjukkan reaksi keracunan akut,” kata seorang tenaga medis di lokasi.

Peristiwa ini bukan yang pertama kali terjadi. Dalam tiga hari terakhir, ratusan siswa di Bandung Barat mengalami kasus serupa setelah mengonsumsi MBG. Kondisi tersebut menimbulkan keprihatinan banyak pihak, termasuk pemerintah dan kalangan legislatif.

Sejumlah orang tua siswa pun buka suara terkait kejadian berulang ini. Maman (55), warga Cilimus, mengaku sudah melarang anaknya yang bersekolah di MTS Muslimah, Cipongkor, agar tidak mengonsumsi MBG setelah kasus sebelumnya. Namun, sang anak tetap memakan makanan yang dibagikan.

“Kemarin teh udah diingetin jangan mau dimakan. Yah, sekarang dimakan. Mending ditutup saja, kasih uangnya. Kalau dimasak sama orang tua, jelas dan pasti sehat,” kata Maman di Posko Kecamatan Cipongkor.

Hal senada diungkapkan Titin Marlina (40), warga Kampung Baranangsiang, Cipongkor. Anaknya yang bersekolah di SMK Karya Perjuangan juga menjadi korban meski sudah diperingatkan. “Mending diberhentikan, mending diganti sama uang. Untuk sekarang saya tegas sama anak, ke depannya untuk tolak makan MBG,” ucapnya.

Titin menceritakan, anaknya Lisa (16) mengalami pusing, mual, hingga sesak napas. “Anak teh mau muntah tapi enggak keluar. Jadi sakit ke perutnya,” ujarnya. Sementara Lisa sendiri mengaku kapok. “Udah enggak mau ah, kapok,” kata remaja itu singkat.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi PKB, Lalu Hadrian Irfani, menilai kasus ini harus ditindaklanjuti secara serius. “Ini menyangkut keselamatan generasi muda. Jangan sampai kasus keracunan massal dianggap sepele. Harus ada investigasi menyeluruh dan pihak yang bertanggung jawab,” tegasnya.

Ahli gizi masyarakat, dr. Tan Shot Yen, juga mengingatkan pentingnya pengawasan ketat terhadap makanan dan minuman yang beredar di lingkungan sekolah. “Produk yang dikonsumsi anak-anak harus benar-benar terjamin keamanannya. Zat aditif atau bahan yang tidak jelas bisa menimbulkan risiko kesehatan serius,” ujarnya.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Prof. Hibnu Nugroho, menekankan aspek hukum dalam kasus ini. “Jika terbukti ada kelalaian produsen maupun pihak yang mendistribusikan MBG, maka harus ada pertanggungjawaban pidana maupun perdata. Keselamatan publik tidak bisa ditawar,” kata Hibnu.

Aparat kepolisian dan dinas kesehatan setempat tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kandungan MBG yang diduga menjadi penyebab keracunan massal tersebut.