CILACAP, TINTAHIJAU.com — Suasana duka menyelimuti Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, setelah bencana tanah longsor yang terjadi pada Kamis (13/11) malam meratakan permukiman dan menewaskan sejumlah warga. Di antara mereka yang terdampak, kisah pilu Dede Eko Purnomo menjadi potret kepedihan mendalam dari tragedi ini.
Dede hanya bisa terpaku menatap kampung halamannya yang kini berubah menjadi hamparan tanah dan batu. Rumah yang selama ini menjadi tempat ia pulang, hilang tak berbentuk. Lebih memilukan, istri dan dua anaknya turut tertimbun dalam musibah tersebut.
Saat longsor terjadi, Dede sedang berada di perantauan. Kabar bahwa rumahnya tertimbun bersama keluarganya membuat ia bergegas pulang tanpa pikir panjang. Sejak tiba di desa, ia setia menanti di lokasi bencana, memantau proses pencarian dari dekat dengan harapan tipis keluarganya dapat ditemukan.
Kisah kelam juga dialami Daryana, warga lain yang turut menjadi korban. Malam itu, suara gemuruh dari perbukitan memecah kesunyian, disusul bunyi batu-batu besar yang berguling. Ia sempat berlari bersama istrinya, namun hanya beberapa detik berselang, longsor sudah menerjang rumah dan mengubur keluarganya.
Teriakan “lari!” yang ia lontarkan tak mampu menyelamatkan istri dan dua anaknya. Ketiganya ditemukan tak bernyawa di balik material longsor yang menimbun rumah mereka.
Bencana ini menyisakan luka mendalam bagi warga Desa Cibeunying. Banyak di antara mereka masih menunggu kabar tentang anggota keluarga yang hilang. Di tengah gundukan tanah dan puing-puing rumah, harapan serta doa terus dipanjatkan agar para korban segera ditemukan.
Hingga kini, tim gabungan dari berbagai instansi masih melakukan pencarian di lokasi kejadian. Sementara itu, warga yang selamat berusaha menguatkan diri menghadapi kenyataan pahit yang datang begitu tiba-tiba.






