Didemo Pekerja Pariwisata, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Tegaskan Larangan Study Tour Demi Lindungi Rakyat Kecil

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi

BANDUNG, TINTAHIJAU.COM – Aksi unjuk rasa yang dilakukan para pelaku usaha pariwisata di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (21/7/2025), mendapat tanggapan langsung dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk protes terhadap larangan kegiatan study tour yang diberlakukan Pemprov Jabar.

Massa aksi yang tergabung dalam Solidaritas Pekerja Pariwisata Jawa Barat datang dengan sekitar 50 bus. Mereka terdiri dari penyelenggara travel, sopir, hingga pengusaha bus pariwisata. Bahkan mereka sempat memblokade Jembatan Pasupati sebagai bentuk tekanan agar Surat Edaran larangan study tour dicabut.

Massa menilai SE tersebut telah menurunkan pendapatan para pelaku pariwisata hingga 60 persen. Mereka meminta pemerintah membuka kembali peluang bagi sekolah untuk melakukan kegiatan luar kelas, termasuk study tour.

Menanggapi hal itu, Gubernur Dedi menegaskan bahwa kebijakan tersebut dibuat untuk melindungi masyarakat, khususnya orang tua siswa, dari beban pengeluaran yang tidak relevan dengan kebutuhan pendidikan.

“Yang saya larang adalah kegiatan study tour, bukan kegiatan pariwisatanya secara umum. Justru demonstrasi kemarin menunjukkan bahwa kegiatan study tour selama ini hanyalah kegiatan rekreasi atau piknik,” tegas Dedi Mulyadi, dalam keterangan resminya, Selasa (22/7/2025).

Dedi menjelaskan, aksi protes yang dilakukan pelaku usaha pariwisata membuktikan bahwa kegiatan study tour lebih bermuatan wisata, bukan edukatif. Ia juga menyebut aksi tersebut mendapat dukungan dari pelaku wisata luar Jawa Barat, termasuk dari asosiasi Jeep di kawasan wisata Gunung Merapi, Yogyakarta.

“Bukan hanya dari Jabar, yang ikut aksi juga dari Yogyakarta. Ini memperkuat bahwa kegiatan itu memang berbasis piknik. Maka saya tetap akan menjaga ketenangan orang tua siswa agar tidak terbebani biaya di luar pendidikan,” ujarnya.

Menurut Dedi, banyak orang tua yang akhirnya merasa terbebani secara finansial, bahkan ada siswa yang terpaksa tidak ikut karena kondisi ekonomi yang pas-pasan. Tak jarang, anak-anak yang tidak bisa ikut study tour merasa malu dan memilih tidak masuk sekolah.

“Saya akan tetap berpihak kepada rakyat banyak. Kita ingin efisiensi pendidikan, fokus pada karakter dan pertumbuhan pendidikan Pancawaluya, bukan membebani keluarga dengan biaya wisata,” tambahnya.

Meski demikian, Dedi berharap industri pariwisata tetap bisa tumbuh dan berkembang. Ia mendorong agar sektor pariwisata bisa menarik wisatawan dari luar negeri atau masyarakat yang memang secara ekonomi mampu.

“Semoga industri pariwisata tetap tumbuh, tapi yang datang berwisata adalah orang-orang yang memang bertujuan wisata, bukan dipaksakan dengan label study tour,” pungkasnya.