Inilah Makna Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H Menurut Menteri Agama RI

Foto arsip. Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili kepada umat Khonghucu serta masyarakat Indonesia yang turut merayakannya. (Sumber: KOMPAS.com/FIKA NURUL ULYA)

JAKARTA, TINTAHIJAU.com — Umat Islam di seluruh Indonesia memperingati Tahun Baru Islam 1447 Hijriah yang jatuh pada hari ini, Jumat, 1 Muharram 1447 H, yang juga ditetapkan sebagai hari libur nasional oleh pemerintah. Momen ini menjadi refleksi penting atas peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, lebih dari 14 abad lalu.

Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, dalam sambutannya menekankan bahwa Tahun Baru Islam bukan sekadar pergantian waktu, melainkan memiliki makna mendalam sebagai momentum untuk berhijrah secara spiritual dan moral.

“Hijrah dalam ayat ini bukan sekadar berpindah tempat, tapi berpindah arah. Dari gelap ke terang. Dari stagnan ke tumbuh. Dari biasa-biasa saja ke luar biasa dalam nilai dan kontribusi,” ujar Menag dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis (26/6).

Menag mengutip firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat 20:

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ اللَّهِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka lebih agung derajatnya di hadapan Allah. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Lebih lanjut, Menag mengajak masyarakat untuk menjadikan momen 1 Muharram ini sebagai refleksi terhadap kualitas kehidupan yang dijalani. Ia mengajak untuk bertanya pada diri sendiri: “Sudah sejauh mana kita berhijrah dari rutinitas yang kering makna menuju amal yang bernilai?”

Menurut Menag, Tahun Baru Islam tidak datang dengan pesta dan gemerlap, melainkan hadir dalam keheningan, zikir, dan perenungan. “Di situlah kekuatannya,” tuturnya. Ia menegaskan bahwa perubahan besar justru sering berawal dari perenungan yang paling dalam.

Menag juga menyoroti berbagai tradisi lokal yang mengiringi peringatan 1 Muharram, seperti Tabuik di Pariaman, Grebeg Suro di Jawa, dan doa bersama di berbagai pelosok desa. Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa Islam dan budaya lokal di Indonesia saling menguatkan.

“Kementerian Agama memandang inilah kekayaan kita. Islam yang membumi, Islam yang mewangi tanpa kehilangan kemurniannya. Maka tugas kita hari ini bukan hanya menjaga ritual, tapi menjaga makna,” jelasnya.

Sebagai penutup, Nasaruddin Umar menyampaikan tiga kata kunci yang harus dijadikan pegangan dalam menyambut tahun baru ini: bersyukur, berhijrah, dan berkontribusi. Ia berharap umat Islam dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan bermakna di tahun 1447 H ini.

“Selamat Tahun Baru Islam 1447 Hijriah. Semoga hijrah kita bukan hanya berpindah waktu, tapi berpindah kualitas hidup,” pungkasnya.

Sumber: Kontan.co.id

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari TINTAHIJAU.COM, Klik Disini dan Klik ini